Kata Sulit
BBLR : Berat bayi yang lahir < dari normal
(1500-2500 garm)
Kalimat
Kunci :
1. Bayi
laki-laki masuk ke UGD dan malas minum
2. Dilahirkan
pada tangggal 25-12-2010
3. Berat
bayi lahir 2200 gram, panjang 47 cm
4. HPHT
1-4- 2010, taksiran persalinan 8-1-2010
5. Suhu
bayi melalui Axilla 36,20C
Pertanyaan :
1. Fisiologi
perkembangan janin ?
2. Ciri-ciri
bayi lahir normal ?
3. Etiologi
berat bayi lahir rendah ?
4. Kalsifikasi
BBLR dan interpretasinya ?
5. Apa
yang menyebabkan bayi malas minum ?
6. Masalah-masalah
yang timbul pada BBLR ?
7. Pencegahan
dan penanganan BBLR ?
8. Persfektif
islam tentang penanganan BBLR ?
Jawab
:
1. Fisiologi perkembangan janin
PERTUMBUHAN dan PERKEMBANGAN
Selama
8 minggu pertama, terminologi embrio digunakan
terhadap perkembangan organisme oleh karena pada masa ini semua organ besar
sedang dibentuk. Setelah 8 minggu, terminologi janin digunakan oleh karena sebagian besar organ sudah dibentuk
dan telah masuk kedalam tahap pertumbuhan dan perkembangan lanjut. Janin dengan berat 500 – 1000 gram (22-23 minggu)
disebut imature. Dari minggu 28
– 36 disebut preterm dan janin aterm adalah bila usia kehamilan lebih
dari 37 minggu.
Kehamilan 8 minggu
- Panjang 2.1 – 2.5 cm
- Sel darah merah terdapat pada yolc sac dan hepar
- Berat 1 gram
- Bagian kepala lebih dari setengah tubuh janin
- Dapat dikenali lobus hepar
- Ginjal mulai terbentuk
Kehamilan 12 minggu
- Panjang 7 – 9 cm
- Berat 12 – 15 gram
- Jari-jari memiliki kuku
- Genitalia eksterna sudah dapat dibedakan antara laki dan perempuan
- Volume cairan amnion 30 ml
- Peristaltik usus sudah terjadi dan memilki kemampuan menyerap glukosa
Kehamilan 16 minggu
- Panjang 14 – 17 cm
- Berat 100 gram
- Terdapat HbF
- Pembentukan HbA mulai terjadi
Kehamilan 20 minggu
- Berat 300 gram
- Detik jantung dapat terdengar dengan menggunakan stetoskop DeLee
- Terasa gerakan janin
- Tinggi fundus uteri sekitar umbilikus
Kehamilan 24 minggu
- Berat 600 gram
- Timbunan lemak mulai terjadi
- Viabilitas mungkin dapat tercapai meski amat jarang terjadi
Kehamilan 28 minggu
- Berat 1050 gram ; panjang 37 cm
- Gerakan pernafasan mulai terlihat ; surfactan paru masih sangat rendah
Kehamilan 32 minggu
- Berat 1700 gram dan panjang 42 cm
- Persalinan pada periode ini 5 dan 6 neonatus dapat bertahan hidup
Kehamilan 36 minggu
- Berat 2500 gram dan panjang 47 cm
- Gambaran kulit keriput lenyap
- Kemungkinan hidup besar
Kehamilan 40 minggu
- Berat 3200 – 3500 gram ; panjang 50cm
- Diameter biparietal 9.5 cm
NUTRISI INTRAUTERIN
Pertumbuhan janin ditentukan sejumlah faktor genetik dan
lingkungan. Faktor lingkungan yang penting adalah perfusi plasenta dan fungsi
plasenta. Faktor gizi ibu bukan faktor terpenting, kecuali pada keadaan starvasi
hebat. Gangguan gizi menahun dapat menyebabkan terjadinya anemia dan
BBLR – berat badan lahir rendah. Energi yang diperoleh janin
dipergunakan untuk pertumbuhan dan terutama berasal dari glukosa.
Kelebihan pasokan karbohidrat di konversi menjadi lemak dan konversi ini terus
meningkat sampai aterm. Sejak kehamilan 30 minggu, hepar menjadi lebih efisien
dan mampu melakukan konversi glukosa menjadi glikogen yang ditimbun di otot
jantung otot gerak dan plasenta. Bila terjadi hipoksia, janin memperoleh energi
melalui glikolisis anerobik yang
berasal dari dari cadangan dalam
otot jantung dan plasenta. Cadangan lemak janin dengan berat 800 gram
(kehamilan 24 – 26 minggu) kira 1% dari BB ; pada kehamilan 35 minggu cadangan
tersebut sekitar 15% dari BB. Plasenta memiliki kemampuan untuk “clears”
bilirubin dan produk metabolit lain melalui aktivitas dari enzym transferase. Janin menghasilkan
protein spesifik yang disebut sebagai alfafetoprotein
- AFP dari hepar. Puncak kadar AFP tercapai pada kehamilan 12 – 16
minggu dan setelah itu terus menurun sampai aterm. Protein tersebut disekresi
melalui ginjal janin dan ditelan kembali untuk mengalami degradasi dalam usus.
Bila janin mengalami gangguan menelan (misalnya pada janin anensepalus atau
kelainan NTD’s lain) maka kadar serum AFP tersebut meningkat.
CAIRAN AMNION
Volume
cairan amnion saat aterm kira-kira 800 ml dan pH 7.2. Gambar dibawah
menunjukkan jalur pertukaran dalam cairan amnion:
Gambar 1. Pertukaran bahan terlarut dan air dalam cairan
amnion
Polihidramnion (hidramnion) : volume air ketuban > 2000 ml, dapat
terjadi pada kehamilan normal akan tetapi 50% keadaan ini disertai dengan
kelainan pada ibu atau janin. Oligohidramnion
secara objektif ditentukan dengan pengukuran kantung terbesar dengan
ultrasonografi yang menunjukkan angka kurang dari 2 cm x 2 cm atau jumlah dari
4 kuadran total kurang dari 5 cm ( amniotic fluid index ). Oligohidramnion
sering berkaitan dengan :
- Janin kecil
- Agenesis renal
- Displasia traktus urinarius
‘Amniotic fluid marker’
Alfafetoprotein
berasal dari janin, kadar AFP dalam cairan amnion dan serum maternal mempunyai
nilai prediktif yang tinggi dalam diagnosa prenatal NTD’s dan kelainan
kongenital lain. Kadar MS-AFP yang tinggi menunjukkan adanya peningkatan kadar
protein cairan amnion dan kemungkinan adanya NTD’s
SISTEM KARDIOVASKULAR
Perubahan mendadak dari kehidupan intrauterine ke
ekstrauterin memerlukan penyesuaian sirkulasi neonatus berupa :
- pengalihan aliran darah dari paru,
- penutupan ductus arteriosus Bottali dan foramen ovale serta
- obliterasi ductus venosus Arantii dan vasa umbilikalis.
Sirkulasi
bayi terdiri dari 3 fase :
- Fase intrauterin dimana janin sangat tergantung pada plasenta
- Fase transisi yang dimulai segera setelah lahir dan tangisan pertama
- Fase dewasa yang umumnya berlangsung secara lengkap pada bulan pertama kehidupan
Fase intrauterin
Vena umbilikalis membawa darah yang teroksigenasi dari
plasenta menuju janin (gambar 2 dan 3 )Lebih dari 50% cardiac out-put berjalan
menuju plasenta melewati arteri umbilikalis. Cardiac out-put terus meningkat
sampai aterm dengan nilai 200 ml/menit. Frekuensi detak jantung untuk
mempertahankan cardiac output tersebut 110 – 150 kali per menit. Tekanan darah
fetus terus meningkat sampai aterm, pada kehamilan 35 minggu tekanan sistolik
75 mmHg dan tekanan diastolik 55 mmHg. Sel darah merah, kadar hemoglobin dan “packed
cell volume” terus meningkat selama kehamilan. Sebagian besar eritrosit
mengandung HbF. Pada kehamilan 15 minggu semua sel darah merah mengandung HbF.
Ada kehamilan 36 minggu, terdapat 70% HbF dan 30% Hb A. HbF memiliki kemampuan
mengikat oksogen lebih besar dibanding HbA. HbF lebih resisten terhadap
hemolisis namun lebih rentan terhadap trauma.
Gambar 2. Sirkulasi janin
Gambar 3. Transfer O2 dan CO2 plasenta
Fase transisi
Saat persalinan, terjadi dua kejadian yang merubah
hemodinamika janin
- Ligasi talipusat yang menyebabkan kenaikan tekanan arterial
- Kenaikan kadar CO2 dan penurunan PO2 yang menyebabkan awal pernafasan janin
Setelah
beberapa tarikan nafas, tekanan intrathoracal neonatus masih rendah (-40 sampai
– 50 mmHg) ; setelah jalan nafas mengembang, tekanan meningkat kearah nilai
dewasa yaitu -7 sampai -8 mmHg. Tahanan vaskular dalam paru yang semula tinggi
terus menurun sampai 75 – 80%. Tekanan dalam arteri pulmonalis menurun sampai
50% saat tekanan atrium kiri meningkat dua kali lipat. Sirkulasi neonatus
menjadi sempurna setelah penutupan ductus arteriousus dan foramen ovale
berlangsung, namun proses penyesuaian terus berlangsung sampai 1 – 2 bulan
kemudian.
Fase Ekstrauterin
Ductus arteriousus umumnya mengalami obliterasi pada awal
periode post natal sebagai reflek adanya kenaikan oksigen dan prostaglandin.
Bila ductus tetap terbuka, akan terdengar bising crescendo yang berkurang saat
diastolik (“machinery murmur”) yang terdengar diatas celah intercosta ke
II kiri. Obliterase foramen ovale biasanya berlangsung dalam 6 – 8 minggu.
Foramen ovale tetap ada pada beberapa individu tanpa menimbulkan gejala.
Obliterasi ductus venosus dari hepar ke vena cava menyisakan ligamentum
venosum. Sisa penutupan vena umbilikalis menjadi ligamentum teres hepatis.
Hemodinamika
orang dewasa normal berbeda dengan janin dalam hal :
- Darah vena dan arteri tidak bercampur dalam atrium
- Vena cava hanya membawa darah yang terdeoksigenasi menuju atrium kanan, dan selanjutnya menuju ventrikel kanan dan kemudian memompakan darah kedalam arteri pulmonalis dan kapiler paru
- Aorta hanya membawa darah yang teroksigenasi dari jantung kiri melalui vena pulmonalis untuk selanjutnya di distribusikan keseluruh tubuh janin.
FUNGSI RESPIRASI
Pada kehamilan 22 minggu, sistem kapiler terbentuk dan paru
sudah memiliki kemampuan untuk melakukan pertukaran gas. Pada saat aterm, sudah
terbentuk 3 – 4 generasi alvoulus. Epitel yang semula berbentuk kubis merubah
menjadi pipih saat pernafasan pertama. Pada kehamilan 24 minggu, cairan yang
mengisi alvolus dan saluran nafas lain. Saat ini, paru mengeluarkan surfactan
lipoprotein yang memungkinkan berkembangnya paru janin setelah lahir dan
membantu mempertahankan volume ruangan udara dalam paru. Sampai kehamilan 35
minggu jumlah surfactan masih belum mencukupi dan dapat menyebabkan terjadinya hyalin membrane disease. Janin
melakukan gerakan nafas intrauterin yang menjadi semakin sering dengan
bertambahnya usia kehamilan Pertukaran
gas pada janin berlangsung di plasenta. Pertukaran gas sebanding dengan
perbedaan tekanan partial masing-masing gas dan luas permukaan dan berbanding
terbalik dengan ketebalan membran. Jadi plasenta dapat dilihat sebagai “paru”
janin intrauterin.
Tekanan parsial O2 (PO2) darah janin
lebih rendah dibandingkan darah ibu, namun oleh karena darah janin mengandung
banyak HbF maka saturasi oksigen janin yang ada sudah dapat mencukupi
kebutuhan. PCO2 dan CO2 pada darah janin lebih tinggi
dibandingkan darah ibu sehingga CO2 akan mengalami difusi dari janin
ke ibu. Aktivitas pernafasan janin intrauterin menyebabkan adanya aspirasi
cairan amnion kedalam bronchiolus, untuk dapat masuk jauh kedalam alveolus
diperlukan tekanan yang lebih besar. Episode hipoksia berat pada kehamilan
lanjut atau selama persalinan dapat menyebabkan “gasping” sehingga
cairan amnion yang kadang bercampur dengan mekonium masuk keparu bagian dalam.
FUNGSI GASTROINTESTINAL
Sebelum dilahirkan, traktus gastrointestinal tidak pernah
menjalankan fungsi yang sebenarnya. Sebagian cairan amnion yang ditelan berikut
materi seluler yang terkandung didalamnya melalui aktivitas enzymatik dan
bakteri dirubah menjadi mekonium. Mekonium tetap berada didalam usus kecuali
bila terjadi hipoksia hebat yang menyebabkan kontraksi otot usus sehingga
mekonium keluar dan bercampur dengan cairan ketuban. Dalam beberapa kadaan
keberadaaan mekonium dalam cairan amnion merupakan bentuk kematangan traktus
digestivus dan bukan merupakan indikasi adanya hipoksia akut. Pada janin, hepar
berperan sebagai tempat penyimpanan glikogen dan zat besi. Vitamin K dalam
hepar pada neonatus sangat minimal oelh karena pembentukannya tergantung pada
aktivitas bakteri. Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan perdarahan neonatus
pada beberapa hari pertama pasca persalinan.
Proses
glukoneogenesis dari asam amino
dan timbunan glukosa yang memadai dalam hepar belum terjadi saat kehidupan
neonatus. Lebih lanjut, aktivitas kadar hormon pengatur karbohidrat seperti
cortisol, epinefrin dan glukagon juga masih belum efisien. Dengan demikian,
hipoglikemia neonatal adalah merupakan keadaan yang sering terjadi bila janin
berada pada suhu yang dingin atau malnutrisi. Proses glukoronidasi pada kehidupan awal neonatus sangat terbatas
sehingga bilirubin tak dapat langsung dikonjugasi menjadi empedu. Setelah
hemolisis fisiologis pada awal neonatus atau adanya hemolisis patologis pada
isoimunisasi nenoatus dapat terjadi kern
icterus.
FUNGSI GINJAL
Ginjal terbentuk dari mesonefros, glomerulus terbentuk
sampai kehamilan minggu ke 36. Ginjal tidak terlampau diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan janin. Plasenta, paru dan ginjal maternal dalam
keadaan normal akan mengatur keseimbangan air dan elektrolit pada janin.
Pembentukan urine dimulai pada minggu 9 – 12. Pada kehamilan 32 minggu,
produksi urine mencapai 12 ml/jam, saat aterm 28 ml/jam. Urine janin adalah
komponen utama dari cairan amnion.
SISTEM IMUNOLOGI
Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan
antibodi terhadap antigen maternal atau invasi bakteri sangat buruk. Respon
imunologi pada janin diperkirakan mulai terjadi sejak minggu ke 20. Respon
janin dibantu dengan transfer antibodi maternal dalam bentuk perlindungan pasif
yang menetap sampai beberapa saat pasca persalinan. Terdapat 3 jenis leukosit
yang berada dalam darah: granulosit –
monosit dan limfosit. Granulosit : granulosit eosinofilik –
basofilik dan neutrofilik. Limfosit : T-cells
[derivat dari thymus] dan B-cells
[derivat dari “Bone Marrow”] . Immunoglobulin
(Ig) adalah serum globulin yang terdiri dari IgG – IgM – IgA - IgD dan
IgE
Pada neonatus, limpa janin mulai menghasilkan IgG dan IgM.
Pembentukan IgG semakin meningkat 3 – 4 minggu pasca persalinan. Perbandingan
antara IgG dan IgM penting untuk menentukan ada tidaknya infeksi intra uterin.
Kadar serum IgG janin aterm sama dengan kadar maternal oleh karena dapat
melewati plasenta. IgG merupakan 90% dari antibodi serum jain yang berasal dari
ibu. IgM terutama berasal dari janin sehingga dapat digunakan untuk menentukan
adanya infeksi intrauterin.
ENDOKRIN
Thyroid adalah kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada
tubuh janin.Pancreas terbentuk pada minggu ke 12 dan insulin dihasilkan oleh
sel B pankreas. Insulin maternal tidak dapat melewati plasenta sehingga janin
harus membentuk insulin sendiri untuk kepentingan metabolisme glukosa. Semua
hormon pertumbuhan yang disintesa kelenjar hipofise anterior terdapat pada
janin, namun peranan sebenarnya dari hormon protein pada kehidupan janin belum
diketahui dengan pasti. Kortek adrenal janin adalah organ endokrin aktif yang
memproduksi hormon steroid dalam jumlah besar. Atrofi kelenjar adrenal seperti
yang terjadi pada janin anensepali dapat menyebabkan kehamilan postmatur. Janin
memproduksi TSH – thyroid stimulating hormon sejak minggu ke 14 yang
menyebabkan pelepasan T3 dan T4 ..
2.Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Seorang
bayi baru lahir dikatakan normal apabila memiliki ciri-ciri berikut:
- Bayi baru lahir normal memiliki berat badan 2,5 – 4 Kg
- Panjang badan 48 – 52 cm
- Lingkar dada 30 – 38 cm
- Lingkar kepala 33 – 35 cm
- Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
- Pernafasan ± – 60 40 kali/menit
- Kulit bayi baru lahir terlihat kemerahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
- Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
- Kuku agak panjang dan lemas
- Genitalia; untuk perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora dan untuk laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
- Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
- Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
- Reflek graps atau menggenggam sudah baik
- memiliki eliminasi yang baik, mekonium untuk bayi baru lahir akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan
3. ETIOLOGI BBLR
1. Faktor
Ibu :
a. Gizi
saat hamil yang kurang
Kekurangan
zat gizi yang diperlukan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan makin tingginya
kehamilan premature atau BBLR dan cacat bawaan.
b. Jarak
hamil dan bersalin terlalu dekat (kurang dari 1 tahun)
Jarak
kehamilan sebaiknya lebih dari 2 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
menyebabkan ibu punya waktu yang terlalu singkat untuk memulihkan kondisi
rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya.
c. Umur
kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun.
d. Penyakit
ibu
Penyakit
yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya :
-
Toksemia Gravidarum
-
Perdarahan antepartum
-
Trauma fisik dan Pikologis
Penyakit
lainnya :
-
Nefritis akut
-
DM
-
Infeksi akut atau tindakan operatif
e. Kebiasaan
-
Merokok
-
Alcohol
-
Obat-obatan
2. Faktor
janin :
a. Kelainan
kromosom
b. Malformasi
c. Infeksi
bawaan yang didapat dalam kandungan (missal : TORCH)
d. Kehamilan
ganda
3. Keadaan
social ekonomi yang rendah
4. Klasifikasi
BBLR dan interpretasinya
BBLR
adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa memandang
masa kehamilan.
Ada
beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu :
1)
Menurut masa gestasinya:
a. Prematur
Murni :
Prematur
Murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (Ester, 2003).
b. Dismaturitas
:
Dismaturitas
adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan, hal ini karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (Ester, 2003).
2)
Menurut harapan hidupnya :
Klasifikasi
bayi berdasarkan berat lahir (Manuaba, 2007) :
v Bayi Berat
Lahir Lebih (BBLL) > 4000 gr
v Bayi Berat
Lahir Cukup (BBLC) 2500 – 4000 gr
v Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) 1500 – 2500 gr
v Bayi Berat
Lahir Sangat Rendah (BBLSR) 1000 – 1500 gr
v Bayi Berat
Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) < 1000 gr
Klasifikasi
bayi berdasarkan masa gestasi (kehamilan), dihitung dari hari pertama haid
terakhir sampai saat kelahiran (Manuaba,2007) :
Ø Bayi Kurang
Bulan (preterm), bayi lahir dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari)
Ø Bayi Cukup
Bulan (aterm), bayi lahir dengan masa gestasi 37 – 42 minggu (259 – 293 hari)
Ø Bayi Lebih
Bulan (post-term / serotinus), bayi lahir dengan masa gestasi > 42 minggu
(> 293 hari)
Klasifikasi
bayi berdasarkan hubungan berat lahir terhadap masa gestasi
ü Kecil untuk
masa kehamilan (KMK) Bayi lahir dgn BB < 10 persentil menurut kurva
Lubchenko
ü Sesuai untuk
masa kehamilan (SMK) Bayi lahir dgn BB 10 – 90 persentil menurut kurva
Lubchenko
ü Besar untuk
masa kehamilan (BMK) Bayi lahir dgn BB > 90 persentil menurut kurva
Lubchenko
5. Mengapa bayi malas minum?
Berdasarkan
scenario, bayi tersebut cukup bulan akan tetapi mengalami berat lahir rendah
yang mengakibatkan sarafnya blum bekerja dengan baik, sehingga tonus otot pun
blum kuat untuk melakukan reflex mengisap dan menelan dengan baik sebagaimana
mestinya. Sehingga bayi tersebut mengalami malas minum.
6.Masalah-masalah
yang timbul pada bayi berat lahir rendah ?
A.Masalah
jangka pendek yang terjadi pada BBLR
Gangguan Metabolik
a) Hipotermia
Terjadi karena hanya
sedikitnya lemak tubuh dan system pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir
belum matang. Adapun ciri-ciri bayi BBLR yang mengalami hipotermia adalah
sebagai berikut:
·
Suhu tubuh <320 C
·
Mengantuk dan sukar dibangunkan
·
Menangis sangat lemah
·
Seluruh tubuh dingin
·
Pernafasan lambat
·
Pernafasan tidak teratur
·
Bunyi jantung lambat
·
Tidak mau menetek, sehingga beresiko
dehidrasi
b) Hipoglikemia
Gula darah berfungsi
sebagai makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa ini
kurang, akibatnya sel-sel syaraf di otak mati dan mempengaruhi kecerdasan bayi
kelak. BBLR membutuhkan ASI segera mungkin setelah lahir dan minum sangat
sering (setiap 2 jam) pada minggu pertama.
c) Hiperglikemia
Hiperglikemia sering
merupakan masalah pada bayi yang sangat amat premature yang mendapat cairan
glukosa berlebihan secara intervena, tetapi mungkin juga terjadi pada bayi BBLR
lainnya.
d) Masalah
pemberian ASI
Masalah pemberian ASI
pada BBLR terjadi karena ukuran ubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energi,
lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap. Bayi dengan BBLR sering
mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang
lebih sedikit tetapi sering.
1) Gangguan
Imunitas
a) Gangguan
Imunologik
Daya tahan tubuh terhadap
infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG, maupun gamma globulin. Bayi
premature relative belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap infeksi belum baik.
b) Kejang
saat dilahirkan
Biasanya bayi akan
dipantau dalam 1 X 24 jam untuk dicari penyebabnya. Misalnya apakah karena
infeksi saluran lahir (prenatal), perdarahan intracranial, atau karena vitamin
B6 yang dikonsumsi ibu. Selain itu bayi akan dijaga jalan nafasnya agar tetap
dalam kondisi bebas.
2) Gangguan
Pernafasan
a) Asfiksia
Bayi BBLR bias
berkurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada proses adaptasi
pernafasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir. Bayi BBLR membutuhkan
kecepatan dan keterampilan resusitasi.
b) Apneu
Periodik (Henti Napas)
Kerap terjadi pada bayi
BBLR karena prematuritas, organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang belum
sempurna mengakibatkan kadang-kadang bayi berhenti bernafas. Hal ini tentu
memerlukan pemantauan dengan seksama.
3) Gangguan
Sistem Peredaran Darah
a) Anemia
Anemia fisiologi pada
bayi BBLR disebabkan oleh supresi eritropoetin pasca lahir, persediaan besi
janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah sebagai akibat
pertumbuhan yang relative lebih cepat. Oleh karena itu, anemia pada bayi BBLR
terjadi lebih dini. Kehilangan darah pada janin atau neonatus akan memperberat
anemianya.
b) Kejang
Suatu kondisi apabila
ditemukan adanya tremor yang disertai adanya penurunan kesadaran, terjadi
gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, atau anggota gerak lain, atau
terjadi mulut mencucu, terjadi kekakuan seluruh tubuh tanpa adanya rangsangan.
A.
Masalah jangka panjang yang terjadi pada
BBLR
1) Masalah
Psikis
a) Gangguan
perkembangan dan pertumbuhan
Pada bayi BBLR,
pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat berkaitan dengan maturitas otak.
b) Gangguan
bicara dan komunikasi
Penelitian longitudinal
menunjukkan perbedaan kecepatan bicara yang menarik antara BBLR dan berat lahir
normal (BLN). Pada bayi BBLR kemampuan bicaranya akan terlambat dibandingkan
BLN sampai usia 61/2 tahun.
c) Gangguan
atensi dan hiperaktif
Dulu dikenal sebagai minimal brain disorder, sekarang lebih
banyak disebut sebagai ADD dan ADHD. Merupakan gangguan neurologi. Penelitian
menunjukkan bahwa gangguan ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki
daripada perempuan. Lebih banyak pada anak dengan berat lahir < 2041gr.
Sering disertai dengan gejala ringan (minor neurological sign) dan perubahan
prilaku. Paling sering disertai gangguan disfungsi integrasi sensori (sensori
processing disorder)
2) Masalah
Fisik
a) Penyakit
paru kronik
Keadaan ini dapat
disebabkan karena infeksi, kebiasaan ibu merokok selama kehamilan, dan radiasi
udara dilingkungan.
b) Gangguan
penglihatan (Retinopati) dan pendengaran
Sering dikeluhkan
gangguan penglihatan, ini menyerang bayi BBLR dengan berat badan <1500gr dan
massa gestasi <30 minggu. Bayi bisa mengalami kebutaan.
c) Kelainan
bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan bawaan adalah
suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolism tubuh yang ditemukan
pada bayi ketika ia dilahirkan. Cacat bawaan lebih sering ditemukan pada bayi
BBLR daripada bayi lahir hidup lainnya. Sekitar 3-4% bayi baru lahir memiliki
kelainan bawaan yang berat. Angka kejadian cacat bawaan meninggi pada bayi SMK
dan KMK, sedangkan kejadian yang paling tinggi adalah pada bayi dengan
pertumbuhan intrauteri n yang terlambat.
7.Pencegahan dan penanganan BBLR
Pencegahan
BBLR
1.
Pendidikan masyarakat melalui media yang ada tentang
bahaya dan kerugian kelahiran preterm atau berat lahir rendah.
2.
Melaksanakan antenatal care yang baik, segera
melakukan konsultasi dan merujuk bila terdapat kelainan.
3.
Meningkatkan gizi masyarakat sehingga mencegah
terjadinya BBLR. Pada ibu hamil mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi.
Perhatikan jenis makanan pada masa tiap trimester kehamilan.
4.
Rencanakan kehamilan sehingga sebelum terjadinya
konsepsi sudah terlebih dulu memperbaiki status gizi si ibu.
5.
Mengikuti keluarga berencana.
6.
Memperhatikan perawatan selama kehamilan agar
terhindar dari infeksi.
7.
Menghindarkan kerja berat selama hamil. Dalam hal ini
diperlukan peraturan yang dapat melindungi wanita hamil dari sangsi pemutusan
hubungan kerja.
8.
Hindari alcohol, narkotika, obat-obatan yang tidak
perlu, dan jamu.
9.
Memperhatikan jarak kehamilan, sebaiknya >2tahun.
10.
Gizi ibu harus seimbang, pada masa kehamilan kenaikan berat badan
wanita hamil ± 10-12kg
11.
Pemberian suplemen zat besi minimal 90
tablet pada masa kehamilan
12.
Konseling antenatal care minimal 4 kali
dilakukan selama masa kehamilan.
13.
Deteksi dini terhadap penyakit –
penyakit sistemik (DM, hipertensi, penyakit tiroid, penyakit jantung pada
kehamilan)
14.
Pelaksanaan screening pada penyakit
menular seksual
15.
Pemberian imunisasi TT pada masa
kehamilan
Penanganan
BBLR
:
1.Pengaturan
suhu : bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas
disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan
dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan
lemak coklat (brown fat), untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan
yang cukup hangat uyntuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adlah 35 0C
dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg 340C, agar ia dapat mempertahankansuhu
tubuh sekitar 370C.
Kelembapan pada inkubator berkisar antara 50 – 60 persen. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada
bayi sindroma gangguan pernapasan. Bila
inkubator tidak ada pemanasan pada bayi dapat dilakukan dengan membungkus bayi
dan meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu
petromaks di dekat tempat tidur bayi.
2.Makanan
bayi : pada bayi prematur refleks isap, telan, dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih
kurang di samping itu kebutuhan protein 3 – 5 g/hari dan tinggi kalori
(110kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan
bayi cukup bulan. Pemberian minum ini
dimulai pada bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian
minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Hal ini perlu mengetahui ada tidaknya atresia
esofagus dan mencegah muntah. Pengisapan
cairan lambung juga dilkukan pada setiap sebelum pemberian minum
berikutnya. Pada umumnya bayi dengan
berat kurang dari 1500gram kurang mampu mengisap air susu ibu atau susu botol,
terutama pada hari-hari pertama. Dalam
hal ini bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastric-lambung).
3.
Mencegah infeksi: bayi BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relative belu sanggup
membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum
baik. Untuk mencegah infeksi para petugas perlu disadarkan akan bahaya infeksi
selanjutnya perlu: 1)diadakan pemisahan antara bayi yang kena infeksi dengan
dengan bayi yang tidak terkena
infeksi.2) mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang seorang bayi
3) membersihkan tempat tidur bayi segera sesudah tidak dipakai lagi. 5) setiap
bayi mempunyai perlengkapan sendiri. 6) kalau mungkin setiap bayi dimandikan di
tempat tidurnya masing-masingdengan perlengkapan sendiri. 7) setiap petugas dibangsal
bayi harus memakai pakaian yang telah disediakan. 8) penderita yang sakit atau
mempunyai penyakit yang menular dilarang bertugas. 9) kulit dan tali pusat bayi
harus dibersihkan sebaik-baiknya. 10)
para pengunjung orang sakit hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca.
4.
Pemberian Oksigen : ini biasanya diberikan pada bayi preterm BBLR akibat fungsi
paru-paru yang tidak berfungsi dengan baik. Oksigen diberikan 30-35 persen
dalam headbox, bisa juga kita gunakan sungkup khusus untuk bayi atau bisa juga
dengan tangan yang delipkan selang oksigen.
5.
pengawasan jalan nafas : pada bayi baru lahir yang harus diperhatikan adalah
jalan nafasnya untuk menghindari obstruksi dari jalan nafas sehingga bayi tidak
hipoksia bisa kita lakukan dengan aspirasi lender di hidung,
pharing,trachea,bronchioles dll
6.Perawatan
metode kangguru bagi BBLR
Perawatan metode kanguru memiliki 3 komponen :
a.
Kontak kulit
dengan kulit antara bagian depan tubuh bayi dengan dada dan perut ibu dalam
baju kangguru.
Ibu
merupakan sumber
panas bagi bayi. Kontak kulit dengan kulit dimulai saatsetelah lahir dan berlanjut siang dan malam. Bayi hanya memakai topi
atau kain untuk menjaga kepala tetap hangat dan bayi menggunakan popok yang dilapisi
plastik sehingga bayi mendapatkan sumber panas secara terus menerus melalui
konduksi dan radiasi. Pengganti ibu boleh ayah, tante, nenek.
b. ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian minum
hanya ASI sampai bayi berumur 6 bulan . Bayi menyusu
segera setelah lahir.
Kain yang membungkus di sekeliling
ibu dan bayi dilonggarkan untuk menyusui. Berikan informasi untuk membantu ibu
bagaimana menyusui bayi.
c. Memberikan dukungan
terhadap ibu dan bayi
Walaupun
kebutuhan ibu atau bayi terpenuhi dengan tidak
memisahkan mereka. Ibu membutuhkan banyak dukungan
dari suami dan keluarga yang lain untuk
menjaga kontak yang terus menerus
Referensi
:
Prawirohardjo,
Sarwono ;Ilmu Kebidanan ;Jakarta ,PT Bina pustaka sarwono Prawirohardjo, 2012
Proverawati, atikah
. “Berat badan Lahir Rendah” Yogyakarta .Nuha medika, 2010
DeCherney
AH. Nathan L
: Current Obstetrics and Gynecologic, Diagnosis and Treatment McGraw – Hill
Companies , 2003.
Harris R,
Andrews T: Prenatal
screening for Down’s syndrome Arch Dis Child ;63-705, 1988.
Jafee RB: Fetoplacental endocrine and
metabolic physiology. Clin Perinatol 10-669, 1983.
Llewelyn-Jones : Obstetrics and Gynecology 7th
ed. Mosby, 1999
Wald NJ, Cuckle HS, Nanchahal K: Amniotic fluid
acetylcholinesterase measurement in the prenatal diagnosis of open neural tube
defects. Second report of the Collaborative Acetylcholinesterase study. Prenat
Diagn;9-813, 1989
Proverawati, atikah
. “Berat badan Lahir Rendah” Yogyakarta .Nuha medika, 2010
No comments:
Post a Comment