Akhirnya Defensive Medicine
Akhirnya masa itu pun tiba, dulu ga kebayang kalau baca buku-buku ttg
dokter di amerika kalau hal seperti ini akan terjadi di indonesia
juga... Defensive Medicine.... Buat kita yg tahu, hal ini sangatlah
mengerikan karna pengorbanannya bisalah nyawa....
Kejadiannya terjadi di saat aku jaga sebgai konsulen jaga kebidanan di salah satu RS negeri di jakarta (kalau boleh milih sih mending tidur di rumah). Di
sini kami diwajibkan untuk standby di RS jaga malam sebgai konsulen selama 24 jam alias tidur disana.
Di saat saya jaga kemarin tepatnya setelah kejadian aksi solidaritas
bersama para dokter untuk menolak kriminalisasi itu, datanglah seorang
pasien rujukan
dari RSUD. Pasien ini usia masih muda, sedang hamil
tua anak pertamanya dia dirujuk karena eklampsia yaitu suatu keadaan
keracunan kehamilan yg
mengakibatkan tensi tinggi dan kejang kejang....
Semua dokter obgyn pasti tahu apa yg harus sgra dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayinya yaitu lahirkan bayinya segera....
Pasien ini dirujuk karna membutuh NICU dan ICU untuk ibu dan bayinya....
Saat datang dia hanya dianter perawat RSUD itu naik ambulan, pasien dalam keadaan tidak sadar dan kejang berulang terus....
Di IGD kami tim medis segera melakukan tindakan pertolongan pertama
karna ini adalah keadaan gawat darurat, seperti biasa bebaskan jalan
nafas karna pasien tidak sadar sangat berbahaya bila dia tidak bernafas,
pasang alat di mulut agar lidahnya tidak tergigit saat kejang, pasang
oksigen, semua
perawat turun menangani pasien ini... Smua belerja
bersama sekitar 5 orang team di IGD saat itu.... Ada yg pasang infus,
memberikan oksigen, menjaga
jalan nafas, memberi obat anti kejang, ambil darah dan ada yg ikat tangan dan kaki pasien krna meronta ronta dll ....
Setelah semua life saving kita kerjakan, saya segera mengecek jantung
bayi pasien, dug.... Dug....dug... Hanya 80 kali permenit..... Loncatlah
jantung saya kelantai.... Yg ada di pikiran saya hanya bayi ini gawat
dan hrs segera dioperasi kalau tidak bisa meninggal bersama sama
ibunya...saya lakukan pemeriksaan dalam memang blm ada pembukaan satu
satunya jalan yg bs saya lakukan adalah operasi CITO alias segera saat
itu juga....
Dilakukanlah konsul persiapan operasi ke anestesi
dan kardiologi krna tensi pasien mencapai 190/120.... Bisa stroke
sewaktu waktu...
Setelah semua tindakan pertolongan pertama
selesai saya lakukan saya segera mengambil kertas persetujuan untuk
menjelaskan kondisi pasien dan
apa yg harus saya kerjakan dgn segala resikonya,, saya panggil bidan RSUD yg merujuk...
"Mana keluarganya bu?"
"Masih dijalan dok dari tangerang, katanya dua jam lagi baru nyampe karena macet"
"Masyaallah saya ga ada waktu selama itu, bayinya sdh gawat janin, apa ga bs ditelpon?"
"ga ada yg punya telpon dok, pasiennya ga mampu"
(menjerit hati saya, nelangsa.....apa yg mesti saya lakukan)
Saya ga berani melakukan tindakan operasi CITO tnpa persetujuan
keluarga atau penjelasan terlebih dahulu, karena kasus teman saya ayu di
manado...
Akhirnya saya ambil inisiatif untuk menelpon kepala
departemen kebidanan untuk menanyakan kepada beliau apa yg mesti saya
lakukan dalam
keadaan gawat begini...
"selamat malam dok
saya ada pasien bla bla bla saya jelaskan pertelpon, saya hrus operasi
segera dok bayinya gawat janin, tp keluarga ga ada,,.
Ditunggu saja atau gmna dok?"
" tunggu kata beliau, hukum kita ga jelas dan tdk melindungi kita,
kalau nanti ibunya lewat atau bayinya juga meninggal kalu mau masuk
penjara"
Jleeeebbb kaya pisau ditikam aku mendengarnya....
Ya Allah sedihnya hatiku, meskipun ga rela tapi apa daya akhirnya aku
menuruti beliau untuk menunggu keluarga pasien smpai dtg baru kita
lakukan operasi...
Di saat menunggu itu, tiba-tiba prrawat berteriak "dok pasien kejang lagi"
Dengan segera saya berlari menghampirinya, pasien kejang berulang segera saya berikan obat untuk mengurangi kejangnya,
Di saat genting begitu, seorang dokter umum jaga berkata mengingatkan saya
"dok, apa ga sebaiknya pasien di EKG takutnya kalau ada apa-apa, emboli
dll, kita disalahkan". Sambil senyum saya katakan, "coba saja di ekg
kalau
bisa".
Dokter umum itu sigap melakukan EKG dgn pasien tidak sdar trs meronta ronta smpai 15 menit EKG tdk bs dikerjakan...
"dik, bisa ga EKG nya??" Tanya saya
"ga bs dok, dok apa ga dikasi obat anti kejang biar tidur pasiennya"
Wealah " kamu mau pasienku tidur ya tanpa terintubasi jalan nafasnya dan bayinya juga smkn turun detak jantungnya"
Ya ga bisa dik, kata saya...makanya kalau Gawat itu kita ga bisa periksa rontgen dan EKG....
"saya lbh senang liat ibu itu meskipun ga sadar tp masi bisa meronta tandanya masih blm koma"
"dok, detak jantung bayinya 60-70 dok
Ya Allah, ampuni lah dosaku bila aku menjadi dokter yg egois yg lbh
mementingkan keselamtan diriku sndiri dibandingkan keselamatan pasienku,
ya allah berilah keduanya umur yg panjang berilah kesempatan padaku
untuk menyelamatkan mereka semoga suami pasien cepat datang.
Hampir dua jam yang aku rasa seperti dua tahun menunggu dengan gelisah, akhirnya suami pasien datang dgn keluarga besarnya...
Ingin rasanya aku memuntahkan kekesalanku dan marahku karena mereka datang begitu lamaaaa..
Tapi saat melihat wajah wajah khawatir dan sedih, aku sungguh tdk
sampai hati, "dokter gimana anak istri saya apa selamet? Apa sudah
dioperasi??"
Segera lakukan dok biar anak dan istri saya selamat". "maaf pak saya blm bisa operasi".
Dengan muka agak marah keluarga pasien berkata "lho gmna sih dok kok
ditunda tunda nanti istri dan bayi saya mati, dokter jangan
menelantarkan istri
saya ya"
Sambil menghela nafas dan
berusaha untuk ttp tenang dan tdk emosi" pak maaf saya ga bermaksud
menunda operasi istri bapak, saya hanya menjalankan aturan yg ada pak",
kalau saya terlantarkan istri bapak ga saya kasi obat dan infus,skrg
drpada bapak marah marah saya jelaskan saja apa resiko buat ibu dan bayi
saat operasi, kmgknan terburuk mulai stroke sampai
kematian atau koma ....
5 - 10 menit saya butuhkan untuk menjelaskan semuanya.
"pak skrg saya mau operasi doakan saya supaya semuanya selamat ya"
"usahakan yg terbaik dok yg pntg istri dan anak saya selamat"
"insyaallah pak saya lakukan yg terbaik"
Akhirnya satu jam kemudian operasi selsai dan si ibu dirawat di ICU dan
bayi dirawat di NICU karena tidak langsung menangis ( ya iyalah gawat
janin).
Alhamdullilaaaaah, ya Rabb yg punya nyawa manusia, satu
hari rawat pasienku bisa bangun dr tidurnya alhamdullilah tensinya bisa
turun, bayinya memang masi di NICU smga bs sembuh juga..
Hari
ini hari keempat dia dirawat dan alhamdullilah kemungkinan besok sudah
boleh pulang..... Dia bisa selamat bukan krna saya tapi krna Allah
menolongnya.
Itulah sekelumit contoh DEFENSIVE MEDICINE yang
akhirnya harus kita jalanin meskipun bertentangan dgn hati nurani saya
sbgai seorang dokter, tp apa boleh buat meskipun UU kesehatan kita
mengatakan dalam keadaan gawat seorang dokter boleh melakukan tindakan
tnpa persetujuan keluarga, tp tampaknya HUKUM di negara kita ini memang
tidak jelas, bisa dibolak balik seenak jaksa, hakim dan pengacara
saja...
Contoh kasus teman sejawat saya dr Ayu di manado yg
sekarang terpaksa mendekam dipenjara dan diperlakukan seperti kriminal
karena meninggalnya
pasien gawat yg sdg dia coba tolong.. Dan Vonis
hukuman yg dijatuhkan oleh hakim MA yg terhormat ini karena dikatakan
dia tidak menjelaskan dan ada ijin dr keluarganya.
Bapak Hakim
Ardjito yg terhormat, semoga apabila ada pasien pasien kami yg gawat yg
harus meninggal krna anda bilang harus ada ijin keluarga dulu... Anda
mau menanggung dosanya....
Semoga anda tidak pernah mengalami apa yg mereka alami...
Semoga peninjauan kembali kasus ini bisa dilaksanakan dan anda bisa
berpikir jernih dan melihat substansi masalah dgn menanyakan kepada
organisasi profesi kedokteran kebidanan yg lbh mengerti ya pak...
Wasalam
dr. Kartika Hapsari, SpOG
No comments:
Post a Comment