Hingga kadang kita lupa bertanya
Apa dia mengenal kita ?
Kita lama mengenal hujan
Hingga hanya dengan mengendus udara
Dan merasakan basahnya
Kita tahu ia ada dimana
Kita lama mengenal hujan
Tapi selalu setiap ada dibawah curahnya
Kita lupa menanyakan namanya
Hujan adalah tinta
bagi puisi-puisi
penuh kerinduan
Hujan juga tinta bagi penyair-penyair
yang tak pernah lepas
dari kesunyian
Ia terlahir dari rahim sunyi
Ber-ayah waktu
Yang di nadinya mengalir segala kejujuran
yang tak pernah
terpungkiri
Gerimis hujan tadi, menabuhkan tambur kerinduan di dada
Mendenyarkan nyala di sunyi
Menarikan liuk keheningan pada pelupuk pagi
Pada liris pertama gerimis hujan di awal agustus
Memang hanya seiris senyum yang kau suguhkan
Tapi kelak....
Ia akan menjadi hal pertama yang kuingat
wahai langit...
Jika rinainya hampir sama, maka sampaikan rinduku lewat
hujan dikotanya..... :’)
*awal agustus 2013
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletebaguuuuusss, aku postkan yaaah jadi bukan puisi hujan 2 , hehe....
ReplyDelete