v Tentulah
aku beruntung. Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan
kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk bisa sampai “beruntung”. Berapa ratus malam
sepi yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuanku, belajar,
membaca, menulis, dan berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas rata-rata
orang lain agar aku bisa meningkatkan harkat diriku. (halaman 8)
v Mungkin
benar juga kata pepatah yang konon berasal dari Imam Al-ghazali, “Jika kau
bukan anak raja dan juga bukan anak ulama besar, maka menulislah,” aku bukan
anak orang kaya, bukan anak orang berkuasa, dan bukan pula anak orang
terpandang, maka menulis sajalah yang harus aku lakukan, (halaman 9)
v “Jangan
gampang terbuai keamanan dan kemapanan. Hidup itu kadang perlu beradu,
bergejolak, bergesekan. Dari gesekan dan kesulitan itulah, sebuah pribadi akan
terbentuk matang.” (halaman 12)
v Aku
sadar sesadar-sadarnya, menarik tunai di ATM dari kartu kredit adalah kesalahan
elementer dan salah satu dosa terbesar seorang pemegang kartu kredit. Hari ini
aku bukan lagi orang merdeka. Aku terjajah oleh utang. (halaman 25)
v Aku
harus berani merobek keterbatasan dan keluar dari zona nyaman ini. Jangan jadi
ulat terus, aku harus jadi rama-rama, merantau ke dunia baru. Tempat aku
terbang mencari bunga dan madu. Alam terkembang menjadi guru. (halaman 34)
v Kiai
Rais pernah bilang, jangan takut pada manusia. Dunia itu rata, diatas langit,
dibawah tanah. Semua kita sama. Kenapa takut ? (halaman 36)
v “waktu
aden mengaji di surau di kampong dulu, angku guru selalu bilang ayat innamaal yusri yusra. Bersama setiap
kesulitan itu ada kemudahan” kata uda Ramon (halaman 45)
v “Kita
tidak perlu mengharapkan tepuk tangan dan pertemanan yang bersekongkol, lebih
baik kita sendiri di jalan yang terang,” kata mas Aji (halaman79)
v “ITU
JUGA SOGOKAAN! Tidak hanya amplop dan duit. Semua yang kalian dapat tanpa
membayar dari narasumber adalah sogokan. Sana, kembalikan sekarang juga. Jangan
sampai kalian yang aku kembalikan ke rumah kalian. Tidak bekerja lagi disini!” teriak
mas Aji (halaman80)
v Love at the first sight ?
Naaaa, aku tidak percaya cinta pada pandangan pertama. Mana mungkin orang yang
saling tidak kenal langsung jatuh hati ketika pertama bersirobok pandang. Itu
hanya dongeng yang ada di novel, film, dan lagu saja. Di alam nyata ?ahhh, gak
mungkin. Tapi kenapa aku sekarang masih berdebar setiap ingat sekelebat
pandangan tadi ? inikah yang namanya jatuh hati ? otakku yang selama ini mengagungkan
logika bersikeras menolak. Pasti hanya pesona fisik sesaat.(halaman88)
v Tapi
mengenal seseorang itu melalui proses, tidak melalui kerjapan mata pertama.
Suka, terkesima, kagum mungkin terjadi dalam hitungan detik, tapi dia perlu
diverifikasi dengan mengenal karakter, kepribadian, dan lain-lain.”otak
logis”-ku memenangkan debat (halaman 89)
v Sulaman
kata mereka tajam, berotot, tapi terasa mengalir seperti puisi. Mungkin ini
yang dibilang orang jurnalisme yang bercita rasa sastrawi. (halaman 98)
v “kau
pikirlah baik-baik. Apa yang kau cari. Uang akan habis tandas dibelanjakan.
Tapi yang kita sukai akan terus tinggal disini,” kata Pasus menunjuk dadanya
(halaman 109)
v “when you love what you are doing,
you do not look at the clock. It is just wonderful.”
Bekerja
adalah ketika kita jatuh cinta dengan apa yang kita kerjakan. Sampai kita asik
masyuk mengerjakannya. Sampai lupa diri dan waktu. Sampai tidak pernah melihat
jam dinding. (halaman 111)
v “Carilah
pekerjaan yang kamu cintai dan kamu tidak akan pernah lagi bekerja satu haripun
sepanjang hayat” (halaman 111)
v “Kesan
pertama itu penting” (halaman 126)
v Inilah
masalahku, berlagak cuek, merasa tidak cocok, tapi terus penasaran dengannya.
Atas nama penasaran itulah kemudian aku bergerilya melakukan riset tentang dia.
Aku bikin sedemikian rupa sehingga investigasiku tidak mencolok, hanya
sepotong-sepotong, sambil lalu. (halaman 130)
v “Hidup
itu seni menjadi. Menjadi hamba Tuhan, sekaligus menjadi penguasa alam. Kita
awal mulanya makhluk rohani, yang kemudian diberi jasad fisik oleh Tuhan dengan
tugas menghamba kepada dia dan menjadi khalifah untuk kebaikan alam semesta.
Kalau kedua peran ini bisa kita jalankan, aku yakin manusia dalam puncak
bahagia. Berbakti dan bermanfaat. Hamba tapi khalifah.” (halaman 139)
v “TOEFL
lagi TOEFL lagi, udah berapa kali khatam tuh buku tebal. Sekali-sekali khatam
Quran dong,” goda Pasus (halaman 153)
v Hanya
aku seorang diri. The last man standing. Telah
berbilang malam-malam sepi seperti ini yang aku lewatkan sendiri. Ketika
kawanku tidur bergelung mendengkur, aku sedang sibuk belajar, riset, dan
membaca. Tapi aku tidak sedih, karena aku tahu sedang dalam proses bekerja
lebih keras dari orang kebanyakan. Hanya itu cara yang aku tahu untuk menjadi
lebih baik. (halaman 154)
v Ketika
malam makin gelap, semakin menyala tekadku. Aku tahu jika aku terus berjuang
dalam sunyi, aku menuju sebuah tempat yang tidak semua orang akan sampai.
Ketempat orang-orang terpilih saja. Orang-orang yang kerap dianggap aneh oleh
orang kebanyakan. Tuhan ini Maha Melihat siapa yang paling bekerja keras. Dan
Dia adalah sebaik-baiknya penilai. Tidak akan pernah dia menyia-nyiakan usaha
manusia. Aku percaya setiap usaha akan dibalas-Nya dengan balasan
sebaik-baiknya (halaman 154)
v Sejak
alam ini terkembang, malam-malam sepi telah menjadi saksi orang-orang besar
dalam sejarah. Malam yang hening kadang menjadi waktu lahirnya karya-karya
besar. Ada kekuatan ajaib di dalam kerja keras dan perenungan di tengah
kesenyapan malam. (halaman 154)
v Man thalabal ula sahirul layali. Siapa
yang ingin mendapatkan kemuliaan, bekerjalah sampai jauh malam. (halaman 155)
v “Merantaulah, kau akan ,mendapat
pengganti kerabat dan teman…Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah
lelah berjuang..” (Imam syafii) (halaman 159)
v “Keluarga
buatku adalah tempat pulang, mencari ketenangan batin” kata dinara (halaman
160)
v An nasu a’dau ma jahilu
. Manusia itu musuh terhadap apa yang dia tidak tahu (halaman 163)
v “Lif,
jangan bermain-main dengan hati
perempuan. Hatinya dalam dan sensitive, bisa menghanyutkan dan menenggelamkan.
Tapi juga tangguh, bisa menguatkan, menumbuhkan, dan menjelmakan mimpi-mimpi
kita. Hati perempuan bisa memaafkan, tapi tidak bisa melupakan apa yang pernah
singgah di pedalaman hati. Kalau tidak serius, jangan main-main.” Kata Bang
Togar (halaman 164)
v Perjuangan
tidak boleh berakhir, bahkan ketika semua tampaknya gagal. Sebelum titik darah
penghabisan dan peluit panjang, tidak ada kata menyerah. (halaman 185)
v Wahai
perempuan, aku sungguh tidak pernah bisa paham bahasa kaum kalian (halaman 187)
v Diumurku
yang sudah 26 tahun ini, aku masih terus gagal memahami apa isi kepala dan hati
makhluk bernama perempuan. Wahai
para perempuan, kenapa harus seperti buku tertutup di depan kami para lelaki ?.
kami makhluk lemah dan bodoh dalam membaca isyarat yang tidak terkatakan dengan
jelas. We are not mind readers. Kami
bukan cenayang (halaman 192)
v Hari
ini aku merasa kami kembali jadi dekat. Justru ketika kami berjauhan secara
fisik (halaman198)
v Memenangkan
sebuah kompetisi setelah merasa direndahkan itu sangat menyenangkan. (halaman
209)
v “I am always a student at heart. My main
interest is research and the history of knowledge,” ujar prof. Deutsch .
seorang professor yang selalu merasa dirinya seorang murid (halaman 212)
v “Betapa
pendeknya umur kita. Jangan menunda-nunda sesuatu yang penting, karena kalau
hilang, bisa hilang selamanya. Yang ada hanya penyesalan yang akan hadir
selamanya.” kata mas Garuda (halaman 223)
v Rasanya
di hati kami ada magnet yang tarik-menarik. Mungkin karena kami digodok
ditempat yang sama, minum dari mata air yang sama, guru-guru yang sama. Kami mungkin
bukan saudara sedarah, tapi berkerabat sampai ke setiap benang-benang jiwa.
(halaman 225)
v “Kalau
hati 2 orang sudah sangat condong satu sama lain dan merasa sudah mampu untuk
mandiri dan saling menghidupi, ya berarti sudah waktunya.” Kata ustad fariz
(halaman 227)
v Dibalik
setiap kesuksesaan laki-laki, pasti ada sosok perempuan yang hebat. Pilihlah
perempuan terbaik. Karena dia yang mengingatkan dan menguatkan kita kaum
lelaki. Dan kalau nanti dianugrahi anak, perempuan pulalah yang menjadi madrasatul ula, sekolah pertama setiap
anak manusia (halaman 266)
v Hal-hal
terdalam terkadang lebih baik tidak diungkapkan dengan kata-kata. Cukup
dirasakan. Cukup dibatinkan. Better left
unsaid (halaman 272)
v Kebenaran
dan kebohongan kadang batasnya lebih tipis dari kulit ari (halaman 288)
v Tapi
sudahlah, tidak ada gunanya pertengkaran ini. Hanya menghabiskan tenaga dan
stok sayang kami. Dunia perkawinan adalah dunia berbagi dan saling mengerti.
Bukan dunia meminta dan berharap. (halaman 295)
v Kehilangan
memang memilukan. Tapi kehilangan hanya ada ketika kita sudah merasa memiliki.
Bagaimana kalo kita tidak merasa memiliki ? dan sebaiknya kita jangan terlalu
merasa memiliki. Sebaliknya kita malah yang harus merasa dimiliki. Oleh Sang
Maha Pemilik. Pada hakikatnya tidak ada satupun yang kita miliki. Segalanya
didunia ini hanya pinjaman. Semua adalah titipan. Pemilik sebenarnya Cuma Dia
(halaman 357)
v Jangan
terlalu sedih dengan kematian. jangan terlalu bahagia dengan kelahiran.
Keduanya pintu wajib buat manusia. Manusia datang dan pergi. Melalui pintu
lahir dan pintu ajal. Saat ajal tiba sesungguhnya kita pulang ke asal.(halaman
358)
v Dalam
hidup ini, kita pada hakikatnya adalah perantau. Suatu saat kita akan kembali
pulang. Siapa yang berjalan di jalannya akan sampai ditujuan. Bukan hanya
tujuan kebahagiaan dan keberhasilan dunia tapi juga tujuan hakiki. Ke tempat
kita dulu berasal. Ke Sang Pencipta (halaman 358)
v Hilang
yang tidak jelas itu ternyata lebih meresahkan daripada mati yang pasti. Rasa
kehilangan itu berkepanjangan dan didalam hatiku selalu ada sebuah lubang
menganga yang tidak pernah benar-benar sembuh. Di dalam hati, aku belum mau
mengakui kalau dia sudah tiada. Bagiku dia hanya hilang. Sementara . (halaman
360)
v Pintu
itu pasti sudah ditutup kembali. Tapi aku haqqul
yakin, itu bukan pintu terakhir dalam hidupku. Ketika sebuah pintu tertutup,
pintu-pintu lain akan terbuka buatku. Di suatu masa, di suatu tempat. (halaman
390)
v “Saya
harap ini bukan sebuah good bye tapi
cukuplah sebagai sebuah see you,”
kata Tom (halaman 391)
v Aku
menolak untuk untuk mengeluh tentang kegetiran, aku tidak mau mabuk dengan
kesenangan. Getir dan senang, keduanya telah melengkapi racikan hidup ini.
(halaman 394)
v Hidupku
kini ibarat mengayuh biduk membelah samudra hidup. Selamanya akan naik-turun
dilamun gelombang dan ditampar badai. Tapi aku tidak akan merengek pada air,
pada angin, dan pada tanah. Yang membuat aku kukuh adalah aku tahu kemana
tujuan akhirku di ujung cakrawala (halaman 394)
v Dan
aku tahu aku tidak sendiri. Diatas sana, ada Tuhan yang menjadi tempat jiwa
ragaku sepenuhnya bertumpu. Disampingku ada Dinara. Temanku merengkuh dayung
menuju muara. Muara diatas muara. Muara segala muara. (Alif Fikri) (halaman
395)
v Muara
manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba
tugas kita mengabdi, sebagai khalifah tugas kita bermanfaat. Hidup adalah
pengabdian. Dan kebermanfaatan. (halaman 395)
v Aku
bisikkan, “Terima kasih sudah menjadi kawan merengkuh dayung yang tangguh.”
Mata indahnya tersenyum terang.
epilog
Di langit pagi,
diatas samudra Atlantik…..
Alhamdulillah,
hari ini telah aku tunaikan teladan dan petuah para
pengembara besar
dunia seperti Imam Syafii, ibnu Batutah dan Marco Polo.
Bertualang
sejauh mata memandang, mengayuh sejauh lautan terbentang,
Dan berguru
sejauh alam terkembang. Aku ajarkan badanku untuk berani
Berjalan
melintas daratan dan lautan, mencicip rupa-rupa musim, mengenal
Ragam manusia.
Aku bujuk jiwaku untuk tidak pernah kenyang berguru dan
Terus memahami
tanda-tanda yang bertebaran dibawah tudung langit.
Akulah si
perantau ragawi, akulah si pengembara rohani.
Akulah si
pencari yang terus menderapkan langkah, berjalan dan berjalan
Terus, karena
aku yakin suatu saat akan sampai.
Sejauh manapun
aku mengembara, keseluruhan hidup pada hakikatnya adalah perantauan
Suatu saat aku
akan kembali berjalan pulang ke asal
Kembali ke yang
satu, yang esensial, yang awal.
Yaitu meghamba
dan mengabdi. Kepada sang Pencipta.
Hari ini pula,
diatas pesawat yang menerbangkan aku dari Washington DC
Ke Jakarta, aku
rosok ujung lipatan dompetku dan aku tarik sehelai kertas
Tua
berlipat-lipat kecil. 3 barisan tulisan tangan itu masih jelas tertera di
Kertas yang
menguning ini. 3 baris yang menjadi dayung-dayung hidupku
Selama ini
Man
jadda wajada . siapa yang
bersungguh-sungguh akan berhasil
Man
shabara zhafira. Siapa yang
bersabar akan beuntung
Man
saara ala darbi washala. Siapa yang
berjalan dijalannya akan sampai di tujuan.
Huaaaaaaaa
cuuaaapeeeeeeekkk, hehe. SELESAI yaaaaa kutipannya, baca novelnya giiih …. #highrecommended
<---
ini aku waktu serius membaca hehe...