Monday, October 28, 2013

Untukmu (?)

Bagaimana caranya menjelaskan rindu kepada seseorang yang entah siapa dan dimana saat Ini
Untukmu yang jauh disana, terkadang mata ini iri kepada hati, karena kau ada di hatiku namun tidak nampak di mataku

Aku tidak memiliki alasan pasti mengapa sampai saat
ini masih ingin menunggumu, meski kau tak pernah
meminta untuk ditunggu dan diharapkan

Hati ini meyakini bahwa kau ada, meski entah di
belahan bumi mana

Yang aku tahu, kelak aku akan menyempurnakan
hidupku denganmu, di sini, di sisiku

Maka, saat hatiku telah mengenal fitrahnya, aku akan
Berusaha mencintaimu dengan cara yang dicintai-Nya

Sekalipun kita belum pernah bertemu, mungkin saat
Ini kita tengah melihat langit yang sama, tersenyum
menatap rembulan yang sama

Di sanalah, tatapanmu dan
tatapanku bertemu

---------

laanjut »»  

Friday, October 25, 2013

Rantau 1 Muara

Biarkanlah hari terus berlari.Tetaplah jadi manusia mulia, apapun yang terjadi.
Janganlah galau dengan tiap kejadian sehari-hari.

Karena tak ada yang abadi, semua kan datang dan pergi
Jadilah pemberani melawan rasa takutmu sendiri
Karena lapang dan tulus adalah dirimu sejati
Janganlah pandang hina musuhmu
Karena jika ia menghinamu, itu ujian tersendiri bagimu
Takkan abadi segala suka serta lara
Takkan kekal segala sengsara serta sejahtera

Merantaulah. Gapailah setinggi-tinggi impianmu
Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan untukmu
Melipur duka dan memulai penghidupan baru
Memperkaya budi, pergaulan yang terpuji
Serta meluaskan ilmu
(Diadaptasi dari bait syair-syair Imam Syafi’I (767-820))
Bertuanglah sejauh mata memandang.
Mengayuhlah sejauh lautan terbentang.
Bergurulah sejauh alam terkembang

Hmmm….tes tessss, assalamualaikum.wr.wb. :D
Pada kali ini tentu saja saya tidak akan menulis semua isi novel “Rantau 1 Muara” disini, gak cukup dan praktisnya mending kalian beli dan baca sendiri, hehe… novel 1 muara ini adalah buku ke3 dari trilogy “Negeri 5 menara” yang ditulis A. fuadi, novelis asal minang yang pernah tinggal di Washington DC, London. Quebec, dan singapura.
saya telah memiliki buku pertama dan keduanya (negeri 5 menara) dan (ranah 3 warna), saya begitu terobsesi dan mengikuti terus ceritanya bahkan pernah berfoto bareng actor2 pemain juga produsernya ketika novel negeri 5 menara ini difilmkan. Kalau sama bang fuadi (penulis) gak usah dibilang, saya telah memiliki 2 foto bareng diseminar yang berbeda. Hehe .
ketika tahun 2012, gaung judul buku ke3 “Rantau 1 muara” sudah terdengar lewat kicau twitter bang fuadi dan penikmat novel lainnnya, tidak sabaran dan terus menanti itulah yang terjadi. Sampai akhirnya ketika novel ini telah open PO pada akhir semester 6 (2013), saya belum juga mampu membelinya, uang jajan yang saya sisihkan terpakai untuk kebutuhan emergency lainnya. Beruntung saya memiliki teman yang juga penggila novelnya A.Fuadi sejak awal. Sejak bang fuadi membuka PO dia berlomba-lomba menjadi yang pertama memesan (belum disebar di toko buku indonesia), beruntunglah dia mendapat ttd langsung di novel tsb plus  notes “Rantau 1 Muara” sebagai bonusnya. Saya tidak dapat menahan kesedihan sewaktu dia memamerkan novelnya, dan sampai sekarang saya masih belum memiliki novel idaman tsb.huft.how pity me
sang pemilik novel itu bernama “Mukhlisah Saad” akrab dipanggil Icha, terima kasih banyak  cha telah mau meminjamkan novel ini kepada saya (terharu) dengan ini setidaknya kita sama-sama mengapresiasi trilogy ini, sebagai charger motivasi untuk berjuang mencari makna hidup. Mungkin novel ini bisa jadi penggelora pencarian-pencarian besar kita. #serius amat yaa :p
dan tentu saja saya tidak mungkin bisa mempost tulisan ini jika tidak membaca novelmu hehe…
saya baru selesai membacanya (telat bgt yaa) dan dengan segenap perasaan saya, sangat tidak berlebihan rasanya jika saya ingin berbagi kutipan-kutipan yang saya anggap menarik, eh maksud saya tentu semua isinya menarik, saya hanya akan menulis ulang beberapa kalimat yang menggelitik nurani, menghunjam jauh kedalam hati saya oleh sengatannya #halah.  berikut quotesnya :  




v  “Terimakasih kepada Ayah dan Papa yang sudah mendahului kami semua. Keluarga yang selalu menguatkan hati dan tempat pulang yang nyaman” (halaman viii)
v  Tentulah aku beruntung. Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk bisa sampai “beruntung”. Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuanku, belajar, membaca, menulis, dan berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas rata-rata orang lain agar aku bisa meningkatkan harkat diriku. (halaman 8)
v  Mungkin benar juga kata pepatah yang konon berasal dari Imam Al-ghazali, “Jika kau bukan anak raja dan juga bukan anak ulama besar, maka menulislah,” aku bukan anak orang kaya, bukan anak orang berkuasa, dan bukan pula anak orang terpandang, maka menulis sajalah yang harus aku lakukan, (halaman 9)
v  “Jangan gampang terbuai keamanan dan kemapanan. Hidup itu kadang perlu beradu, bergejolak, bergesekan. Dari gesekan dan kesulitan itulah, sebuah pribadi akan terbentuk matang.” (halaman 12)
v  Aku sadar sesadar-sadarnya, menarik tunai di ATM dari kartu kredit adalah kesalahan elementer dan salah satu dosa terbesar seorang pemegang kartu kredit. Hari ini aku bukan lagi orang merdeka. Aku terjajah oleh utang. (halaman 25)
v  Aku harus berani merobek keterbatasan dan keluar dari zona nyaman ini. Jangan jadi ulat terus, aku harus jadi rama-rama, merantau ke dunia baru. Tempat aku terbang mencari bunga dan madu. Alam terkembang menjadi guru. (halaman 34)
v  Kiai Rais pernah bilang, jangan takut pada manusia. Dunia itu rata, diatas langit, dibawah tanah. Semua kita sama. Kenapa takut ? (halaman 36)
v  “waktu aden mengaji di surau di kampong dulu, angku guru selalu bilang ayat innamaal yusri yusra. Bersama setiap kesulitan itu ada kemudahan” kata uda Ramon (halaman 45)
v  “Kita tidak perlu mengharapkan tepuk tangan dan pertemanan yang bersekongkol, lebih baik kita sendiri di jalan yang terang,” kata mas Aji (halaman79)
v  “ITU JUGA SOGOKAAN! Tidak hanya amplop dan duit. Semua yang kalian dapat tanpa membayar dari narasumber adalah sogokan. Sana, kembalikan sekarang juga. Jangan sampai kalian yang aku kembalikan ke rumah kalian. Tidak bekerja lagi disini!” teriak mas Aji (halaman80)
v  Love at the first sight ? Naaaa, aku tidak percaya cinta pada pandangan pertama. Mana mungkin orang yang saling tidak kenal langsung jatuh hati ketika pertama bersirobok pandang. Itu hanya dongeng yang ada di novel, film, dan lagu saja. Di alam nyata ?ahhh, gak mungkin. Tapi kenapa aku sekarang masih berdebar setiap ingat sekelebat pandangan tadi ? inikah yang namanya jatuh hati ? otakku yang selama ini mengagungkan logika bersikeras menolak. Pasti hanya pesona fisik sesaat.(halaman88)
v  Tapi mengenal seseorang itu melalui proses, tidak melalui kerjapan mata pertama. Suka, terkesima, kagum mungkin terjadi dalam hitungan detik, tapi dia perlu diverifikasi dengan mengenal karakter, kepribadian, dan lain-lain.”otak logis”-ku memenangkan debat (halaman 89)
v  Sulaman kata mereka tajam, berotot, tapi terasa mengalir seperti puisi. Mungkin ini yang dibilang orang jurnalisme yang bercita rasa sastrawi. (halaman 98)
v  “kau pikirlah baik-baik. Apa yang kau cari. Uang akan habis tandas dibelanjakan. Tapi yang kita sukai akan terus tinggal disini,” kata Pasus menunjuk dadanya (halaman 109)
v  “when you love what you are doing, you do not look at the clock. It is just wonderful.”
Bekerja adalah ketika kita jatuh cinta dengan apa yang kita kerjakan. Sampai kita asik masyuk mengerjakannya. Sampai lupa diri dan waktu. Sampai tidak pernah melihat jam dinding. (halaman 111)
v  “Carilah pekerjaan yang kamu cintai dan kamu tidak akan pernah lagi bekerja satu haripun sepanjang hayat” (halaman 111)
v  “Kesan pertama itu penting” (halaman 126)
v  Inilah masalahku, berlagak cuek, merasa tidak cocok, tapi terus penasaran dengannya. Atas nama penasaran itulah kemudian aku bergerilya melakukan riset tentang dia. Aku bikin sedemikian rupa sehingga investigasiku tidak mencolok, hanya sepotong-sepotong, sambil lalu. (halaman 130)
v  “Hidup itu seni menjadi. Menjadi hamba Tuhan, sekaligus menjadi penguasa alam. Kita awal mulanya makhluk rohani, yang kemudian diberi jasad fisik oleh Tuhan dengan tugas menghamba kepada dia dan menjadi khalifah untuk kebaikan alam semesta. Kalau kedua peran ini bisa kita jalankan, aku yakin manusia dalam puncak bahagia. Berbakti dan bermanfaat. Hamba tapi khalifah.” (halaman 139)
v  “TOEFL lagi TOEFL lagi, udah berapa kali khatam tuh buku tebal. Sekali-sekali khatam Quran dong,” goda Pasus (halaman 153)
v  Hanya aku seorang diri. The last man standing. Telah berbilang malam-malam sepi seperti ini yang aku lewatkan sendiri. Ketika kawanku tidur bergelung mendengkur, aku sedang sibuk belajar, riset, dan membaca. Tapi aku tidak sedih, karena aku tahu sedang dalam proses bekerja lebih keras dari orang kebanyakan. Hanya itu cara yang aku tahu untuk menjadi lebih baik. (halaman 154)
v  Ketika malam makin gelap, semakin menyala tekadku. Aku tahu jika aku terus berjuang dalam sunyi, aku menuju sebuah tempat yang tidak semua orang akan sampai. Ketempat orang-orang terpilih saja. Orang-orang yang kerap dianggap aneh oleh orang kebanyakan. Tuhan ini Maha Melihat siapa yang paling bekerja keras. Dan Dia adalah sebaik-baiknya penilai. Tidak akan pernah dia menyia-nyiakan usaha manusia. Aku percaya setiap usaha akan dibalas-Nya dengan balasan sebaik-baiknya (halaman 154)
v  Sejak alam ini terkembang, malam-malam sepi telah menjadi saksi orang-orang besar dalam sejarah. Malam yang hening kadang menjadi waktu lahirnya karya-karya besar. Ada kekuatan ajaib di dalam kerja keras dan perenungan di tengah kesenyapan malam. (halaman 154)
v  Man thalabal ula sahirul layali. Siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan, bekerjalah sampai jauh malam. (halaman 155)
v  “Merantaulah, kau akan ,mendapat pengganti kerabat dan teman…Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang..” (Imam syafii) (halaman 159)
v  “Keluarga buatku adalah tempat pulang, mencari ketenangan batin” kata dinara (halaman 160)
v  An nasu a’dau ma jahilu . Manusia itu musuh terhadap apa yang dia tidak tahu (halaman 163)
v  “Lif, jangan  bermain-main dengan hati perempuan. Hatinya dalam dan sensitive, bisa menghanyutkan dan menenggelamkan. Tapi juga tangguh, bisa menguatkan, menumbuhkan, dan menjelmakan mimpi-mimpi kita. Hati perempuan bisa memaafkan, tapi tidak bisa melupakan apa yang pernah singgah di pedalaman hati. Kalau tidak serius, jangan main-main.” Kata Bang Togar (halaman 164)
v  Perjuangan tidak boleh berakhir, bahkan ketika semua tampaknya gagal. Sebelum titik darah penghabisan dan peluit panjang, tidak ada kata menyerah. (halaman 185)
v  Wahai perempuan, aku sungguh tidak pernah bisa paham bahasa kaum kalian (halaman 187)
v  Diumurku yang sudah 26 tahun ini, aku masih terus gagal memahami apa isi kepala dan hati makhluk bernama perempuan. Wahai para perempuan, kenapa harus seperti buku tertutup di depan kami para lelaki ?. kami makhluk lemah dan bodoh dalam membaca isyarat yang tidak terkatakan dengan jelas. We are not mind readers. Kami bukan cenayang (halaman 192)
v  Hari ini aku merasa kami kembali jadi dekat. Justru ketika kami berjauhan secara fisik (halaman198)
v  Memenangkan sebuah kompetisi setelah merasa direndahkan itu sangat menyenangkan. (halaman 209)
v  I am always a student at heart. My main interest is research and the history of knowledge,” ujar prof. Deutsch . seorang professor yang selalu merasa dirinya seorang murid (halaman 212)
v  “Betapa pendeknya umur kita. Jangan menunda-nunda sesuatu yang penting, karena kalau hilang, bisa hilang selamanya. Yang ada hanya penyesalan yang akan hadir selamanya.” kata mas Garuda (halaman 223)
v  Rasanya di hati kami ada magnet yang tarik-menarik. Mungkin karena kami digodok ditempat yang sama, minum dari mata air yang sama, guru-guru yang sama. Kami mungkin bukan saudara sedarah, tapi berkerabat sampai ke setiap benang-benang jiwa. (halaman 225)
v  “Kalau hati 2 orang sudah sangat condong satu sama lain dan merasa sudah mampu untuk mandiri dan saling menghidupi, ya berarti sudah waktunya.” Kata ustad fariz (halaman 227)
v  Dibalik setiap kesuksesaan laki-laki, pasti ada sosok perempuan yang hebat. Pilihlah perempuan terbaik. Karena dia yang mengingatkan dan menguatkan kita kaum lelaki. Dan kalau nanti dianugrahi anak, perempuan pulalah yang menjadi madrasatul ula, sekolah pertama setiap anak manusia (halaman 266)
v  Hal-hal terdalam terkadang lebih baik tidak diungkapkan dengan kata-kata. Cukup dirasakan. Cukup dibatinkan. Better left unsaid (halaman 272)
v  Kebenaran dan kebohongan kadang batasnya lebih tipis dari kulit ari (halaman 288)
v  Tapi sudahlah, tidak ada gunanya pertengkaran ini. Hanya menghabiskan tenaga dan stok sayang kami. Dunia perkawinan adalah dunia berbagi dan saling mengerti. Bukan dunia meminta dan berharap. (halaman 295)
v  Kehilangan memang memilukan. Tapi kehilangan hanya ada ketika kita sudah merasa memiliki. Bagaimana kalo kita tidak merasa memiliki ? dan sebaiknya kita jangan terlalu merasa memiliki. Sebaliknya kita malah yang harus merasa dimiliki. Oleh Sang Maha Pemilik. Pada hakikatnya tidak ada satupun yang kita miliki. Segalanya didunia ini hanya pinjaman. Semua adalah titipan. Pemilik sebenarnya Cuma Dia (halaman 357)
v  Jangan terlalu sedih dengan kematian. jangan terlalu bahagia dengan kelahiran. Keduanya pintu wajib buat manusia. Manusia datang dan pergi. Melalui pintu lahir dan pintu ajal. Saat ajal tiba sesungguhnya kita pulang ke asal.(halaman 358)
v  Dalam hidup ini, kita pada hakikatnya adalah perantau. Suatu saat kita akan kembali pulang. Siapa yang berjalan di jalannya akan sampai ditujuan. Bukan hanya tujuan kebahagiaan dan keberhasilan dunia tapi juga tujuan hakiki. Ke tempat kita dulu berasal. Ke Sang Pencipta (halaman 358)
v  Hilang yang tidak jelas itu ternyata lebih meresahkan daripada mati yang pasti. Rasa kehilangan itu berkepanjangan dan didalam hatiku selalu ada sebuah lubang menganga yang tidak pernah benar-benar sembuh. Di dalam hati, aku belum mau mengakui kalau dia sudah tiada. Bagiku dia hanya hilang. Sementara . (halaman 360)
v  Pintu itu pasti sudah ditutup kembali. Tapi aku haqqul yakin, itu bukan pintu terakhir dalam hidupku. Ketika sebuah pintu tertutup, pintu-pintu lain akan terbuka buatku. Di suatu masa, di suatu tempat. (halaman 390)
v  “Saya harap ini bukan sebuah good bye tapi cukuplah sebagai sebuah see you,” kata Tom (halaman 391)
v  Aku menolak untuk untuk mengeluh tentang kegetiran, aku tidak mau mabuk dengan kesenangan. Getir dan senang, keduanya telah melengkapi racikan hidup ini. (halaman 394)
v  Hidupku kini ibarat mengayuh biduk membelah samudra hidup. Selamanya akan naik-turun dilamun gelombang dan ditampar badai. Tapi aku tidak akan merengek pada air, pada angin, dan pada tanah. Yang membuat aku kukuh adalah aku tahu kemana tujuan akhirku di ujung cakrawala (halaman 394)
v  Dan aku tahu aku tidak sendiri. Diatas sana, ada Tuhan yang menjadi tempat jiwa ragaku sepenuhnya bertumpu. Disampingku ada Dinara. Temanku merengkuh dayung menuju muara. Muara diatas muara. Muara segala muara. (Alif Fikri) (halaman 395)
v  Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba tugas kita mengabdi, sebagai khalifah tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian. Dan kebermanfaatan. (halaman 395)
v  Aku bisikkan, “Terima kasih sudah menjadi kawan merengkuh dayung yang tangguh.” Mata indahnya tersenyum terang.


epilog
Di langit pagi, diatas samudra Atlantik…..
Alhamdulillah, hari ini telah aku tunaikan teladan dan petuah para
pengembara besar dunia seperti Imam Syafii, ibnu Batutah dan Marco Polo.
Bertualang sejauh mata memandang, mengayuh sejauh lautan terbentang,
Dan berguru sejauh alam terkembang. Aku ajarkan badanku untuk berani
Berjalan melintas daratan dan lautan, mencicip rupa-rupa musim, mengenal
Ragam manusia. Aku bujuk jiwaku untuk tidak pernah kenyang berguru dan
Terus memahami tanda-tanda yang bertebaran dibawah tudung langit.

Akulah si perantau ragawi, akulah si pengembara rohani.
Akulah si pencari yang terus menderapkan langkah, berjalan dan berjalan
Terus, karena aku yakin suatu saat akan sampai.

Sejauh manapun aku mengembara, keseluruhan hidup pada hakikatnya adalah perantauan
Suatu saat aku akan kembali berjalan pulang ke asal
Kembali ke yang satu, yang esensial, yang awal.
Yaitu meghamba dan mengabdi. Kepada sang Pencipta.

Hari ini pula, diatas pesawat yang menerbangkan aku dari Washington DC
Ke Jakarta, aku rosok ujung lipatan dompetku dan aku tarik sehelai kertas
Tua berlipat-lipat kecil. 3 barisan tulisan tangan itu masih jelas tertera di
Kertas yang menguning ini. 3 baris yang menjadi dayung-dayung hidupku
Selama ini
Man jadda wajada . siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil
Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beuntung
Man saara ala darbi washala. Siapa yang berjalan dijalannya akan sampai di tujuan.


Huaaaaaaaa cuuaaapeeeeeeekkk, hehe. SELESAI yaaaaa kutipannya, baca novelnya giiih …. #highrecommended
<---  ini aku waktu serius membaca hehe...
laanjut »»