Sunday, July 21, 2013

PBL REPRODUKSI MODUL "BBLR"

Scenario I :Seorang bayi laki-laki, diantar oleh ibunya ke unit gawat darurat RS dengan keluhan bayi malas minum. Berdasarkan anamnesis diketahui lahir pada tanggal 25-12-2010 dengan berat 2200 gram panjang 47 cm. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) ibu tanggal 1-4-2010. Pada pemeriksaan suhu melalui axilla didapatkan suhu bayi tersebut 36,2 0C.


Kata Sulit
BBLR : Berat bayi yang lahir < dari normal (1500-2500 garm)
Kalimat Kunci :
1.      Bayi laki-laki masuk ke UGD dan malas minum
2.      Dilahirkan pada tangggal 25-12-2010
3.      Berat bayi lahir 2200 gram, panjang 47 cm
4.      HPHT 1-4- 2010, taksiran persalinan 8-1-2010
5.      Suhu bayi melalui Axilla 36,20C
Pertanyaan :
1.      Fisiologi perkembangan janin ?
2.      Ciri-ciri bayi lahir normal ?
3.      Etiologi berat bayi lahir rendah ?
4.      Kalsifikasi BBLR dan interpretasinya ?
5.      Apa yang menyebabkan bayi malas minum ?
6.      Masalah-masalah yang timbul pada BBLR ?
7.      Pencegahan dan penanganan BBLR ?
8.      Persfektif islam tentang penanganan BBLR ?


Jawab :
1.      Fisiologi perkembangan janin
PERTUMBUHAN dan PERKEMBANGAN
Selama 8 minggu pertama, terminologi embrio digunakan terhadap perkembangan organisme oleh karena pada masa ini semua organ besar sedang dibentuk. Setelah 8 minggu, terminologi janin digunakan oleh karena sebagian besar organ sudah dibentuk dan telah masuk kedalam tahap pertumbuhan dan perkembangan lanjut. Janin dengan berat 500 – 1000 gram (22-23 minggu) disebut imature. Dari minggu 28 – 36 disebut preterm dan janin aterm adalah bila usia kehamilan lebih dari 37 minggu.
Kehamilan 8 minggu
  • Panjang 2.1 – 2.5 cm
  • Sel darah merah terdapat pada yolc sac dan hepar
  • Berat 1 gram
  • Bagian kepala lebih dari setengah tubuh janin
  • Dapat dikenali lobus hepar
  • Ginjal mulai terbentuk
Kehamilan 12 minggu
  • Panjang 7 – 9 cm
  • Berat 12 – 15 gram
  • Jari-jari memiliki kuku
  • Genitalia eksterna sudah dapat dibedakan antara laki dan perempuan
  • Volume cairan amnion 30 ml
  • Peristaltik usus sudah terjadi dan memilki kemampuan menyerap glukosa
Kehamilan 16 minggu
  • Panjang 14 – 17 cm
  • Berat 100 gram
  • Terdapat HbF
  • Pembentukan HbA mulai terjadi
Kehamilan 20 minggu
  • Berat 300 gram
  • Detik jantung dapat terdengar dengan menggunakan stetoskop DeLee
  • Terasa gerakan janin
  • Tinggi fundus uteri sekitar umbilikus
Kehamilan 24 minggu
  • Berat 600 gram
  • Timbunan lemak mulai terjadi
  • Viabilitas mungkin dapat tercapai meski amat jarang terjadi
Kehamilan 28 minggu
  • Berat 1050 gram ; panjang 37 cm
  • Gerakan pernafasan mulai terlihat ; surfactan paru masih sangat rendah
Kehamilan 32 minggu
  • Berat 1700 gram dan panjang 42 cm
  • Persalinan pada periode ini 5 dan 6 neonatus dapat bertahan hidup

Kehamilan 36 minggu
  • Berat 2500 gram dan panjang 47 cm
  • Gambaran kulit keriput lenyap
  • Kemungkinan hidup besar
Kehamilan 40 minggu
  • Berat 3200 – 3500 gram ; panjang 50cm
  • Diameter biparietal 9.5 cm
NUTRISI INTRAUTERIN
Pertumbuhan janin ditentukan sejumlah faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang penting adalah perfusi plasenta dan fungsi plasenta. Faktor gizi ibu bukan faktor terpenting, kecuali pada keadaan starvasi hebat. Gangguan gizi menahun dapat menyebabkan terjadinya anemia dan BBLR – berat badan lahir rendah. Energi yang diperoleh janin dipergunakan untuk pertumbuhan dan terutama berasal dari glukosa. Kelebihan pasokan karbohidrat di konversi menjadi lemak dan konversi ini terus meningkat sampai aterm. Sejak kehamilan 30 minggu, hepar menjadi lebih efisien dan mampu melakukan konversi glukosa menjadi glikogen yang ditimbun di otot jantung otot gerak dan plasenta. Bila terjadi hipoksia, janin memperoleh energi melalui glikolisis anerobik yang berasal dari dari cadangan dalam otot jantung dan plasenta. Cadangan lemak janin dengan berat 800 gram (kehamilan 24 – 26 minggu) kira 1% dari BB ; pada kehamilan 35 minggu cadangan tersebut sekitar 15% dari BB. Plasenta memiliki kemampuan untuk “clears” bilirubin dan produk metabolit lain melalui aktivitas dari enzym transferase. Janin menghasilkan protein spesifik yang disebut sebagai alfafetoprotein - AFP dari hepar. Puncak kadar AFP tercapai pada kehamilan 12 – 16 minggu dan setelah itu terus menurun sampai aterm. Protein tersebut disekresi melalui ginjal janin dan ditelan kembali untuk mengalami degradasi dalam usus. Bila janin mengalami gangguan menelan (misalnya pada janin anensepalus atau kelainan NTD’s lain) maka kadar serum AFP tersebut meningkat.
CAIRAN AMNION
Volume cairan amnion saat aterm kira-kira 800 ml dan pH 7.2. Gambar dibawah menunjukkan jalur pertukaran dalam cairan amnion:
Gambar 1. Pertukaran bahan terlarut dan air dalam cairan amnion
Polihidramnion (hidramnion) : volume air ketuban > 2000 ml, dapat terjadi pada kehamilan normal akan tetapi 50% keadaan ini disertai dengan kelainan pada ibu atau janin. Oligohidramnion secara objektif ditentukan dengan pengukuran kantung terbesar dengan ultrasonografi yang menunjukkan angka kurang dari 2 cm x 2 cm atau jumlah dari 4 kuadran total kurang dari 5 cm ( amniotic fluid index ). Oligohidramnion sering berkaitan dengan :
  • Janin kecil
  • Agenesis renal
  • Displasia traktus urinarius

‘Amniotic fluid marker’
Alfafetoprotein berasal dari janin, kadar AFP dalam cairan amnion dan serum maternal mempunyai nilai prediktif yang tinggi dalam diagnosa prenatal NTD’s dan kelainan kongenital lain. Kadar MS-AFP yang tinggi menunjukkan adanya peningkatan kadar protein cairan amnion dan kemungkinan adanya NTD’s
SISTEM KARDIOVASKULAR
Perubahan mendadak dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan penyesuaian sirkulasi neonatus berupa :
  • pengalihan aliran darah dari paru,
  • penutupan ductus arteriosus Bottali dan foramen ovale serta
  • obliterasi ductus venosus Arantii dan vasa umbilikalis.

Sirkulasi bayi terdiri dari 3 fase :
  1. Fase intrauterin dimana janin sangat tergantung pada plasenta
  2. Fase transisi yang dimulai segera setelah lahir dan tangisan pertama
  3. Fase dewasa yang umumnya berlangsung secara lengkap pada bulan pertama kehidupan
Fase intrauterin
Vena umbilikalis membawa darah yang teroksigenasi dari plasenta menuju janin (gambar 2 dan 3 )Lebih dari 50% cardiac out-put berjalan menuju plasenta melewati arteri umbilikalis. Cardiac out-put terus meningkat sampai aterm dengan nilai 200 ml/menit. Frekuensi detak jantung untuk mempertahankan cardiac output tersebut 110 – 150 kali per menit. Tekanan darah fetus terus meningkat sampai aterm, pada kehamilan 35 minggu tekanan sistolik 75 mmHg dan tekanan diastolik 55 mmHg. Sel darah merah, kadar hemoglobin dan “packed cell volume” terus meningkat selama kehamilan. Sebagian besar eritrosit mengandung HbF. Pada kehamilan 15 minggu semua sel darah merah mengandung HbF. Ada kehamilan 36 minggu, terdapat 70% HbF dan 30% Hb A. HbF memiliki kemampuan mengikat oksogen lebih besar dibanding HbA. HbF lebih resisten terhadap hemolisis namun lebih rentan terhadap trauma.
Gambar 2. Sirkulasi janin
Gambar 3. Transfer O2 dan CO2 plasenta

Fase transisi
Saat persalinan, terjadi dua kejadian yang merubah hemodinamika janin
  1. Ligasi talipusat yang menyebabkan kenaikan tekanan arterial
  2. Kenaikan kadar CO2 dan penurunan PO2 yang menyebabkan awal pernafasan janin
Setelah beberapa tarikan nafas, tekanan intrathoracal neonatus masih rendah (-40 sampai – 50 mmHg) ; setelah jalan nafas mengembang, tekanan meningkat kearah nilai dewasa yaitu -7 sampai -8 mmHg. Tahanan vaskular dalam paru yang semula tinggi terus menurun sampai 75 – 80%. Tekanan dalam arteri pulmonalis menurun sampai 50% saat tekanan atrium kiri meningkat dua kali lipat. Sirkulasi neonatus menjadi sempurna setelah penutupan ductus arteriousus dan foramen ovale berlangsung, namun proses penyesuaian terus berlangsung sampai 1 – 2 bulan kemudian.
Fase Ekstrauterin
Ductus arteriousus umumnya mengalami obliterasi pada awal periode post natal sebagai reflek adanya kenaikan oksigen dan prostaglandin. Bila ductus tetap terbuka, akan terdengar bising crescendo yang berkurang saat diastolik (“machinery murmur”) yang terdengar diatas celah intercosta ke II kiri. Obliterase foramen ovale biasanya berlangsung dalam 6 – 8 minggu. Foramen ovale tetap ada pada beberapa individu tanpa menimbulkan gejala. Obliterasi ductus venosus dari hepar ke vena cava menyisakan ligamentum venosum. Sisa penutupan vena umbilikalis menjadi ligamentum teres hepatis.
Hemodinamika orang dewasa normal berbeda dengan janin dalam hal :
  1. Darah vena dan arteri tidak bercampur dalam atrium
  2. Vena cava hanya membawa darah yang terdeoksigenasi menuju atrium kanan, dan selanjutnya menuju ventrikel kanan dan kemudian memompakan darah kedalam arteri pulmonalis dan kapiler paru
  3. Aorta hanya membawa darah yang teroksigenasi dari jantung kiri melalui vena pulmonalis untuk selanjutnya di distribusikan keseluruh tubuh janin.

FUNGSI RESPIRASI
Pada kehamilan 22 minggu, sistem kapiler terbentuk dan paru sudah memiliki kemampuan untuk melakukan pertukaran gas. Pada saat aterm, sudah terbentuk 3 – 4 generasi alvoulus. Epitel yang semula berbentuk kubis merubah menjadi pipih saat pernafasan pertama. Pada kehamilan 24 minggu, cairan yang mengisi alvolus dan saluran nafas lain. Saat ini, paru mengeluarkan surfactan lipoprotein yang memungkinkan berkembangnya paru janin setelah lahir dan membantu mempertahankan volume ruangan udara dalam paru. Sampai kehamilan 35 minggu jumlah surfactan masih belum mencukupi dan dapat menyebabkan terjadinya hyalin membrane disease. Janin melakukan gerakan nafas intrauterin yang menjadi semakin sering dengan bertambahnya usia kehamilan  Pertukaran gas pada janin berlangsung di plasenta. Pertukaran gas sebanding dengan perbedaan tekanan partial masing-masing gas dan luas permukaan dan berbanding terbalik dengan ketebalan membran. Jadi plasenta dapat dilihat sebagai “paru” janin intrauterin. 
Tekanan parsial O2 (PO2) darah janin lebih rendah dibandingkan darah ibu, namun oleh karena darah janin mengandung banyak HbF maka saturasi oksigen janin yang ada sudah dapat mencukupi kebutuhan. PCO2 dan CO2 pada darah janin lebih tinggi dibandingkan darah ibu sehingga CO2 akan mengalami difusi dari janin ke ibu. Aktivitas pernafasan janin intrauterin menyebabkan adanya aspirasi cairan amnion kedalam bronchiolus, untuk dapat masuk jauh kedalam alveolus diperlukan tekanan yang lebih besar. Episode hipoksia berat pada kehamilan lanjut atau selama persalinan dapat menyebabkan “gasping” sehingga cairan amnion yang kadang bercampur dengan mekonium masuk keparu bagian dalam.
FUNGSI GASTROINTESTINAL
Sebelum dilahirkan, traktus gastrointestinal tidak pernah menjalankan fungsi yang sebenarnya. Sebagian cairan amnion yang ditelan berikut materi seluler yang terkandung didalamnya melalui aktivitas enzymatik dan bakteri dirubah menjadi mekonium. Mekonium tetap berada didalam usus kecuali bila terjadi hipoksia hebat yang menyebabkan kontraksi otot usus sehingga mekonium keluar dan bercampur dengan cairan ketuban. Dalam beberapa kadaan keberadaaan mekonium dalam cairan amnion merupakan bentuk kematangan traktus digestivus dan bukan merupakan indikasi adanya hipoksia akut. Pada janin, hepar berperan sebagai tempat penyimpanan glikogen dan zat besi. Vitamin K dalam hepar pada neonatus sangat minimal oelh karena pembentukannya tergantung pada aktivitas bakteri. Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan perdarahan neonatus pada beberapa hari pertama pasca persalinan.
Proses glukoneogenesis dari asam amino dan timbunan glukosa yang memadai dalam hepar belum terjadi saat kehidupan neonatus. Lebih lanjut, aktivitas kadar hormon pengatur karbohidrat seperti cortisol, epinefrin dan glukagon juga masih belum efisien. Dengan demikian, hipoglikemia neonatal adalah merupakan keadaan yang sering terjadi bila janin berada pada suhu yang dingin atau malnutrisi. Proses glukoronidasi pada kehidupan awal neonatus sangat terbatas sehingga bilirubin tak dapat langsung dikonjugasi menjadi empedu. Setelah hemolisis fisiologis pada awal neonatus atau adanya hemolisis patologis pada isoimunisasi nenoatus dapat terjadi kern icterus.
FUNGSI GINJAL
Ginjal terbentuk dari mesonefros, glomerulus terbentuk sampai kehamilan minggu ke 36. Ginjal tidak terlampau diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Plasenta, paru dan ginjal maternal dalam keadaan normal akan mengatur keseimbangan air dan elektrolit pada janin. Pembentukan urine dimulai pada minggu 9 – 12. Pada kehamilan 32 minggu, produksi urine mencapai 12 ml/jam, saat aterm 28 ml/jam. Urine janin adalah komponen utama dari cairan amnion.
SISTEM IMUNOLOGI
Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan antibodi terhadap antigen maternal atau invasi bakteri sangat buruk. Respon imunologi pada janin diperkirakan mulai terjadi sejak minggu ke 20. Respon janin dibantu dengan transfer antibodi maternal dalam bentuk perlindungan pasif yang menetap sampai beberapa saat pasca persalinan. Terdapat 3 jenis leukosit yang berada dalam darah: granulosit – monosit dan limfosit. Granulosit : granulosit eosinofilik – basofilik dan neutrofilik. Limfosit : T-cells [derivat dari thymus] dan B-cells [derivat dari “Bone Marrow”] . Immunoglobulin (Ig) adalah serum globulin yang terdiri dari IgG – IgM – IgA - IgD dan IgE
Pada neonatus, limpa janin mulai menghasilkan IgG dan IgM. Pembentukan IgG semakin meningkat 3 – 4 minggu pasca persalinan. Perbandingan antara IgG dan IgM penting untuk menentukan ada tidaknya infeksi intra uterin. Kadar serum IgG janin aterm sama dengan kadar maternal oleh karena dapat melewati plasenta. IgG merupakan 90% dari antibodi serum jain yang berasal dari ibu. IgM terutama berasal dari janin sehingga dapat digunakan untuk menentukan adanya infeksi intrauterin.
ENDOKRIN
Thyroid adalah kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada tubuh janin.Pancreas terbentuk pada minggu ke 12 dan insulin dihasilkan oleh sel B pankreas. Insulin maternal tidak dapat melewati plasenta sehingga janin harus membentuk insulin sendiri untuk kepentingan metabolisme glukosa. Semua hormon pertumbuhan yang disintesa kelenjar hipofise anterior terdapat pada janin, namun peranan sebenarnya dari hormon protein pada kehidupan janin belum diketahui dengan pasti. Kortek adrenal janin adalah organ endokrin aktif yang memproduksi hormon steroid dalam jumlah besar. Atrofi kelenjar adrenal seperti yang terjadi pada janin anensepali dapat menyebabkan kehamilan postmatur. Janin memproduksi TSH – thyroid stimulating hormon sejak minggu ke 14 yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 ..
2.Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Seorang bayi baru lahir dikatakan normal apabila memiliki ciri-ciri berikut:
  • Bayi baru lahir normal memiliki berat badan 2,5 – 4 Kg
  • Panjang badan 48 – 52 cm
  • Lingkar dada 30 – 38 cm
  • Lingkar kepala 33 – 35 cm
  • Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
  • Pernafasan ± – 60 40 kali/menit
  • Kulit bayi baru lahir terlihat kemerahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
  • Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
  • Kuku agak panjang dan lemas
  • Genitalia; untuk perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora dan untuk laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
  • Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
  • Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
  • Reflek graps atau menggenggam sudah baik
  • memiliki eliminasi yang baik, mekonium untuk bayi baru lahir akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan
 3. ETIOLOGI BBLR
1.      Faktor Ibu :
a.       Gizi saat hamil yang kurang
Kekurangan zat gizi yang diperlukan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan makin tingginya kehamilan premature atau BBLR dan cacat bawaan.
b.      Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat (kurang dari 1 tahun)
Jarak kehamilan sebaiknya lebih dari 2 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu punya waktu yang terlalu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya.
c.       Umur kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun.
d.      Penyakit ibu
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya :
-          Toksemia Gravidarum
-          Perdarahan antepartum
-          Trauma fisik dan Pikologis
Penyakit lainnya :
-          Nefritis akut
-          DM
-          Infeksi akut atau tindakan operatif
e.       Kebiasaan
-          Merokok
-          Alcohol
-          Obat-obatan
2.      Faktor janin :
a.       Kelainan kromosom
b.      Malformasi
c.       Infeksi bawaan yang didapat dalam kandungan (missal : TORCH)
d.      Kehamilan ganda
3.      Keadaan social ekonomi yang rendah


 4.  Klasifikasi BBLR dan interpretasinya
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan.
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu :
1)      Menurut masa gestasinya:
a.       Prematur Murni :
Prematur Murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (Ester, 2003).
b.      Dismaturitas :
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (Ester, 2003).
2)       Menurut harapan hidupnya :

Klasifikasi bayi berdasarkan berat lahir (Manuaba, 2007) :
v  Bayi Berat Lahir Lebih (BBLL) > 4000 gr
v  Bayi Berat Lahir Cukup (BBLC) 2500 – 4000 gr
v  Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 1500 – 2500 gr
v  Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) 1000 – 1500 gr
v  Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) < 1000 gr

Klasifikasi bayi berdasarkan masa gestasi (kehamilan), dihitung dari hari pertama haid terakhir sampai saat kelahiran (Manuaba,2007) :
Ø  Bayi Kurang Bulan (preterm), bayi lahir dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari)
Ø  Bayi Cukup Bulan (aterm), bayi lahir dengan masa gestasi 37 – 42 minggu (259 – 293 hari)
Ø  Bayi Lebih Bulan (post-term / serotinus), bayi lahir dengan masa gestasi > 42 minggu (> 293 hari)


Klasifikasi bayi berdasarkan hubungan berat lahir terhadap masa gestasi
ü  Kecil untuk masa kehamilan (KMK) Bayi lahir dgn BB < 10 persentil menurut kurva Lubchenko
ü  Sesuai untuk masa kehamilan (SMK) Bayi lahir dgn BB 10 – 90 persentil menurut kurva Lubchenko
ü  Besar untuk masa kehamilan (BMK) Bayi lahir dgn BB > 90 persentil menurut kurva Lubchenko













5. Mengapa bayi malas minum?
Berdasarkan scenario, bayi tersebut cukup bulan akan tetapi mengalami berat lahir rendah yang mengakibatkan sarafnya blum bekerja dengan baik, sehingga tonus otot pun blum kuat untuk melakukan reflex mengisap dan menelan dengan baik sebagaimana mestinya. Sehingga bayi tersebut mengalami malas minum.
6.Masalah-masalah yang timbul pada bayi berat lahir rendah ?
            A.Masalah jangka pendek yang terjadi pada BBLR
Gangguan Metabolik
a)      Hipotermia
Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan system pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Adapun ciri-ciri bayi BBLR yang mengalami hipotermia adalah sebagai berikut:
·         Suhu tubuh <320 C
·         Mengantuk dan sukar dibangunkan
·         Menangis sangat lemah
·         Seluruh tubuh dingin
·         Pernafasan lambat
·         Pernafasan tidak teratur
·         Bunyi jantung lambat
·         Tidak mau menetek, sehingga beresiko dehidrasi
b)      Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa ini kurang, akibatnya sel-sel syaraf di otak mati dan mempengaruhi kecerdasan bayi kelak. BBLR membutuhkan ASI segera mungkin setelah lahir dan minum sangat sering (setiap 2 jam) pada minggu pertama.
c)      Hiperglikemia
Hiperglikemia sering merupakan masalah pada bayi yang sangat amat premature yang mendapat cairan glukosa berlebihan secara intervena, tetapi mungkin juga terjadi pada bayi BBLR lainnya.

d)     Masalah pemberian ASI
Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran ubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap. Bayi dengan BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi sering.
1)      Gangguan Imunitas
a)      Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG, maupun gamma globulin. Bayi premature relative belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik.
b)      Kejang saat dilahirkan
Biasanya bayi akan dipantau dalam 1 X 24 jam untuk dicari penyebabnya. Misalnya apakah karena infeksi saluran lahir (prenatal), perdarahan intracranial, atau karena vitamin B6 yang dikonsumsi ibu. Selain itu bayi akan dijaga jalan nafasnya agar tetap dalam kondisi bebas.


2)      Gangguan Pernafasan
a)      Asfiksia
Bayi BBLR bias berkurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada proses adaptasi pernafasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir. Bayi BBLR membutuhkan kecepatan dan keterampilan resusitasi.
b)      Apneu Periodik (Henti Napas)
Kerap terjadi pada bayi BBLR karena prematuritas, organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang belum sempurna mengakibatkan kadang-kadang bayi berhenti bernafas. Hal ini tentu memerlukan pemantauan dengan seksama.

3)      Gangguan Sistem Peredaran Darah
a)      Anemia
Anemia fisiologi pada bayi BBLR disebabkan oleh supresi eritropoetin pasca lahir, persediaan besi janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah sebagai akibat pertumbuhan yang relative lebih cepat. Oleh karena itu, anemia pada bayi BBLR terjadi lebih dini. Kehilangan darah pada janin atau neonatus akan memperberat anemianya.
b)      Kejang
Suatu kondisi apabila ditemukan adanya tremor yang disertai adanya penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, atau anggota gerak lain, atau terjadi mulut mencucu, terjadi kekakuan seluruh tubuh tanpa adanya rangsangan.



A.    Masalah jangka panjang yang terjadi pada BBLR
1)      Masalah Psikis
a)      Gangguan perkembangan dan pertumbuhan
Pada bayi BBLR, pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat berkaitan dengan maturitas otak.
b)      Gangguan bicara dan komunikasi
Penelitian longitudinal menunjukkan perbedaan kecepatan bicara yang menarik antara BBLR dan berat lahir normal (BLN). Pada bayi BBLR kemampuan bicaranya akan terlambat dibandingkan BLN sampai usia 61/2 tahun.
c)      Gangguan atensi dan hiperaktif
Dulu dikenal sebagai minimal brain disorder, sekarang lebih banyak disebut sebagai ADD dan ADHD. Merupakan gangguan neurologi. Penelitian menunjukkan bahwa gangguan ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan. Lebih banyak pada anak dengan berat lahir < 2041gr. Sering disertai dengan gejala ringan (minor neurological sign) dan perubahan prilaku. Paling sering disertai gangguan disfungsi integrasi sensori (sensori processing disorder)
2)      Masalah Fisik
a)      Penyakit paru kronik
Keadaan ini dapat disebabkan karena infeksi, kebiasaan ibu merokok selama kehamilan, dan radiasi udara dilingkungan.
b)      Gangguan penglihatan (Retinopati) dan pendengaran
Sering dikeluhkan gangguan penglihatan, ini menyerang bayi BBLR dengan berat badan <1500gr dan massa gestasi <30 minggu. Bayi bisa mengalami kebutaan.
c)      Kelainan bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan bawaan adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolism tubuh yang ditemukan pada bayi ketika ia dilahirkan. Cacat bawaan lebih sering ditemukan pada bayi BBLR daripada bayi lahir hidup lainnya. Sekitar 3-4% bayi baru lahir memiliki kelainan bawaan yang berat. Angka kejadian cacat bawaan meninggi pada bayi SMK dan KMK, sedangkan kejadian yang paling tinggi adalah pada bayi dengan pertumbuhan intrauteri n yang terlambat.
7.Pencegahan dan penanganan BBLR
Pencegahan BBLR
1.      Pendidikan masyarakat melalui media yang ada tentang bahaya dan kerugian kelahiran preterm atau berat lahir rendah.
2.      Melaksanakan antenatal care yang baik, segera melakukan konsultasi dan merujuk bila terdapat kelainan.
3.      Meningkatkan gizi masyarakat sehingga mencegah terjadinya BBLR. Pada ibu hamil mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi. Perhatikan jenis makanan pada masa tiap trimester kehamilan.
4.      Rencanakan kehamilan sehingga sebelum terjadinya konsepsi sudah terlebih dulu memperbaiki status gizi si ibu.
5.      Mengikuti keluarga berencana.
6.      Memperhatikan perawatan selama kehamilan agar terhindar dari infeksi.
7.      Menghindarkan kerja berat selama hamil. Dalam hal ini diperlukan peraturan yang dapat melindungi wanita hamil dari sangsi pemutusan hubungan kerja.
8.      Hindari alcohol, narkotika, obat-obatan yang tidak perlu, dan jamu.
9.      Memperhatikan jarak kehamilan, sebaiknya >2tahun.
10.  Gizi ibu harus seimbang,  pada masa kehamilan kenaikan berat badan wanita hamil ± 10-12kg
11.  Pemberian suplemen zat besi minimal 90 tablet pada masa kehamilan
12.  Konseling antenatal care minimal 4 kali dilakukan selama masa kehamilan.
13.  Deteksi dini terhadap penyakit – penyakit sistemik (DM, hipertensi, penyakit tiroid, penyakit jantung pada kehamilan)
14.  Pelaksanaan screening pada penyakit menular seksual
15.  Pemberian imunisasi TT pada masa kehamilan
Penanganan BBLR :
1.Pengaturan suhu : bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di lingkungan yang dingin.  Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown fat), untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat uyntuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adlah 35 0C dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg 340C, agar ia dapat mempertahankansuhu tubuh sekitar 370C.  Kelembapan pada inkubator berkisar antara 50 – 60 persen.  Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada bayi sindroma gangguan pernapasan.  Bila inkubator tidak ada pemanasan pada bayi dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi.
2.Makanan bayi : pada bayi prematur refleks isap, telan, dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang di samping itu kebutuhan protein 3 – 5 g/hari dan tinggi kalori (110kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya.  Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan.  Pemberian minum ini dimulai pada bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.  Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung.  Hal ini perlu mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah muntah.  Pengisapan cairan lambung juga dilkukan pada setiap sebelum pemberian minum berikutnya.  Pada umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500gram kurang mampu mengisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama.  Dalam hal ini bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastric-lambung).
3. Mencegah infeksi: bayi BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relative belu sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Untuk mencegah infeksi para petugas perlu disadarkan akan bahaya infeksi selanjutnya perlu: 1)diadakan pemisahan antara bayi yang kena infeksi dengan dengan  bayi yang tidak terkena infeksi.2) mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang seorang bayi 3) membersihkan tempat tidur bayi segera sesudah tidak dipakai lagi. 5) setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri. 6) kalau mungkin setiap bayi dimandikan di tempat tidurnya masing-masingdengan perlengkapan sendiri. 7) setiap petugas dibangsal bayi harus memakai pakaian yang telah disediakan. 8) penderita yang sakit atau mempunyai penyakit yang menular dilarang bertugas. 9) kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik-baiknya.  10) para pengunjung orang sakit hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca.
4. Pemberian Oksigen : ini biasanya diberikan pada bayi preterm BBLR akibat fungsi paru-paru yang tidak berfungsi dengan baik. Oksigen diberikan 30-35 persen dalam headbox, bisa juga kita gunakan sungkup khusus untuk bayi atau bisa juga dengan tangan yang delipkan selang oksigen.
5. pengawasan jalan nafas : pada bayi baru lahir yang harus diperhatikan adalah jalan nafasnya untuk menghindari obstruksi dari jalan nafas sehingga bayi tidak hipoksia bisa kita lakukan dengan aspirasi lender di hidung, pharing,trachea,bronchioles dll
6.Perawatan metode kangguru bagi BBLR
Perawatan metode kanguru memiliki 3 komponen :
a.       Kontak kulit dengan kulit antara bagian depan tubuh bayi dengan dada dan perut ibu dalam baju kangguru.
Ibu merupakan sumber panas bagi bayi. Kontak kulit dengan kulit dimulai saatsetelah lahir dan berlanjut siang dan malam. Bayi hanya memakai topi atau kain untuk menjaga kepala tetap hangat dan bayi menggunakan popok yang dilapisi plastik sehingga bayi mendapatkan sumber panas secara terus menerus melalui konduksi dan radiasi. Pengganti ibu boleh ayah, tante, nenek.

b.      ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian minum hanya ASI sampai bayi berumur 6 bulan . Bayi menyusu segera setelah lahir. Kain yang membungkus di sekeliling ibu dan bayi dilonggarkan untuk menyusui. Berikan informasi untuk membantu ibu bagaimana menyusui bayi.
c.       Memberikan dukungan terhadap ibu dan bayi
Walaupun kebutuhan ibu atau bayi terpenuhi dengan tidak memisahkan mereka. Ibu membutuhkan banyak dukungan dari suami dan keluarga yang lain untuk menjaga kontak yang terus menerus









Referensi :
Prawirohardjo, Sarwono ;Ilmu Kebidanan ;Jakarta ,PT Bina pustaka sarwono Prawirohardjo, 2012
Proverawati, atikah . “Berat badan Lahir Rendah” Yogyakarta .Nuha medika, 2010
DeCherney AH. Nathan L : Current Obstetrics and Gynecologic, Diagnosis and Treatment McGraw – Hill Companies , 2003.
Harris R, Andrews T: Prenatal screening for Down’s syndrome Arch Dis Child ;63-705, 1988.
Jafee RB: Fetoplacental endocrine and metabolic physiology. Clin Perinatol 10-669, 1983.
Llewelyn-Jones : Obstetrics and Gynecology 7th ed. Mosby, 1999
Wald NJ, Cuckle HS, Nanchahal K: Amniotic fluid acetylcholinesterase measurement in the prenatal diagnosis of open neural tube defects. Second report of the Collaborative Acetylcholinesterase study. Prenat Diagn;9-813, 1989
Proverawati, atikah . “Berat badan Lahir Rendah” Yogyakarta .Nuha medika, 2010

No comments:

Post a Comment